POJOKNEGERI.COM - Wali Kota Samarinda, Andi Harun, memimpin rapat evaluasi penanganan tanggul yang jebol di perumahan Talang Sari yang sebabkan banjir pada Sabtu (16/12/2023).
Rapat ini dilaksanakan di ruang Mankupelas Balaikota Samarinda, melibatkan dinas terkait dan dihadiri oleh beberapa stakeholders.
Andi Harun mengatakan bahwa rapat ini menjadi langkah koordinasi penting untuk menggali informasi dan mengevaluasi dampak banjir yang melanda wilayah tersebut.
"Hari ini kita mengumpulkan beberapa stakeholders terhadap kejadian banjir tanggal 16 Desember dan melakukan evaluasi terhadap kejadian banjir yang besar kemarin serta dampak yang timbul," kata Andi Harun usai melakukan rapat.
Ia menekankan bahwa kejadian banjir pada tanggal 16 Desember merupakan suatu kejadian yang tak terduga, terutama jika dibandingkan dengan upaya penanganan banjir sebelumnya meskipun upaya penanganan di daerah sekitar Mugirejo Talang Sari hingga Panjaitan dinilai relatif berhasil, kejadian tersebut menjadi evaluasi penting.
"Keberhasilan pengendalian banjir di kawasan mugirejo itu dari beberapa kali hujan sebelum tanggal 16 itu hampir tidak pernah kejadian banjir sedalam itu dengan curah hujan tinggi sebelumnya yang tidak memberikan dampak sebesar kejadian pada saat itu," ucapnya.
Ia juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kesuksesan penanganan drainase di sekitar Panjaitan, meskipun diakui masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan.
"Dengan evaluasi yang dilakukan, drainase kita di Panjaitan relatif berhasil, walaupun masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Sondetan di Sungai Mati juga berhasil," tambahnya.
Dalam upaya untuk memahami penyebab jebolnya tanggul, Walikota Andi Harun dan tim teknis melibatkan berbagai dinas terkait seperti BWS, DLH, dan BPBD. Hasil analisis menunjukkan adanya dua titik jebol utama, yaitu jebolnya folder lavender di perumahan Talang Sari dan jebolnya Pit tambang yang diduga melibatkan CV Egi PT Limbu.
"Folder lavender memiliki fungsi sebagai penampung air. Meskipun ukurannya tidak besar, analisis dari dinas teknis menyoroti perlunya pengangkatan sedimentasi yang lebih maksimal," jelas Andi Harun.
Ia menjelaskan bahwa pada tanggal 16 Desember, banjir terjadi karena kiriman lumpur dan air yang begitu deras akibat dorongan air dari Pit tambang, memenuhi folder lavender tidak hanya dengan air tetapi juga lumpur dan pasir.
"Hal ini membuat kapasitas tampungnya menjadi sangat berkurang, sehingga akhirnya terjadi jebol," ucapnya.
Dalam rangka penanganan lebih lanjut, Pemkot Samarinda berkomitmen untuk melibatkan OPD terkait dari Provinsi, seperti BWS, DLH, dan BPBD langkah-langkah perbaikan dan pencegahan akan ditempuh untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
(Adv/Saber)