POJOKNEGERI.COM - Keberadaan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens kembali misterius.
Hal ini setelah kepolisian sampaikan bahwa pilot Susi Air itu tidak terlihat saat kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya masuk wilayah Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan.
Dalam kejadian itu, diketahui Egianus Kogoya melakukan teror hingga membunuh bocah 8 tahun di wilayah tersebut.
"Benar bahwa KKB yang dipimpin Egianus Kogoya sempat berada di Lanny Jaya dan melakukan teror. Belum ada yang memastikan apakah ada masyarakat melihat Capt Pilot bersama EK (Egianus Kogoya) di Lanny Jaya," kata Kapolres Lanny Jaya AKBP Umar Nasatekay dikutip dari Detik.com, Senin (6/3/2023).
Umar menuturkan Egianus Kogoya (EK) dan anak buahnya telah meninggalkan Lanny Jaya. Namun dia mengaku tidak mengetahui kemana mereka pergi setelah melakukan aksi teror dan pembunuhan di Lanny Jaya.
"Laporan terakhir EK sudah bergeser dari Lanny Jaya. Namun kita tidak tahu kemana larinya. Doakan saja semoga pencarian terhadap Capt Philip bisa segera membuahkan hasil," imbuhnya.
Umar mengatakan pihaknya meningkatkan patroli dan razia di wilayah tersebut. Pihaknya berupaya mencegah KKB melakukan teror kembali dan membahayakan masyarakat.
"Pasukan di sini sangat cukup untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat. Kami juga mendapat perkuatan namun jumlahnya tentunya tak bisa kita sampaikan. Dan pasukan juga telah disebar di beberapa distrik di daerah Lanny Jaya," tegasnya.
Siapa sebenarnya Philip Mehrtens?
Rekan dan mantan kolega Mehrtens mengatakan Mehrtens adalah warga asal Christchurch. Rekan-rekannya menilai ia merupakan sosok yang pendiam dan serius, seperti dikutip dari New Zealand Herald.
Mehrtens memiliki istri warga Indonesia. Dia disebut ikut tinggal di RI bersama sang istri selama beberapa waktu.
Pendiri Susi Air sekaligus mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga mengatakan kepada New Zealand Herald bahwa Mehrtens merupakan salah satu pilot terbaik maskapainya.
Susi membeberkan Mehrtens memiliki seorang putra berusia sekitar lima tahun. Dia merupakan sosok yang sayang dengan keluarga.
Dalam laporan The Sydney Morning Herald, rekan dan mantan kolega Mehrtens juga mengatakan sang pilot bekerja di maskapai Susi Air usai dirinya menyelesaikan sekolah penerbangan.
Dia bekerja di bawah Susi Air sebelum kembali ke Selandia Baru pada 2016.
Mehrtens belajar menerbangkan pesawat di Akademi Penerbangan Internasional di Bandara Christchurch.
Dia sempat bekerja di luar negeri selama delapan tahun lalu menikah pada 2012 sebelum pindah ke Auckland bersama istri dan putranya pada 2016.
Pada 2019, Mehrtens dan keluarga pindah ke Hong Kong. Saat itu ia bekerja untuk Cathay Dragon, anak perusahaan Cathay Pacific yang berhenti beroperasi pada 2020 karena pandemi Covid-19.
Mehrtens lalu kembali ke Susi Air.
Dia menerbangkan pesawat melewati "jalur berbahaya" yakni landasan pacu jarak pendek di bukit curam.
"Ini menunjukkan betapa dia sangat sayang keluarga, karena rela menempatkan diri dalam risiko demi mendapat uang untuk menghidupi keluarganya," kata mantan sejawat Mehrtens yang enggan disebutkan identitasnya kepada Sydney Morning Herald.
"Phil adalah orang yang baik. Tak ada orang yang pernah bicara buruk tentang dia."
OPM lewat juru bicaranya Sebby Sambom baru-baru ini merilis kondisi pilot pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY usai sepekan pasca penyanderaan.
Dalam salah satu video, Mehrtens menyampaikan pesan singkat bahwa dirinya disandera agar Papua bisa merdeka.
"Kelompok Papua menangkap saya dan mereka berjuang untuk kemerdekaan Papua. Mereka minta agar militer Indonesia pulang dan jika tidak mereka tetap menahan saya dan keselamatan saya akan terancam," kata Mehrtens.
(redaksi)