POJOKNEGERI.COM - Pilpres 2024 tak luput dari sorotan dunia internasional.
Media asing The Diplomat menyoroti Pilpres 2024, yang digadang-gadang bakal diikuti oleh tiga pasangan.
Dalam artikel 'Prabowo Gains Ground Ahead of Indonesia's Presidential Election', media tersebut menyebut Menteri Pertahanan (Menhan) RI itu mendapatkan banyak dukungan dari kalangan muda.
Prabowo secara mengejutkan mendapat dukungan kelompok tersebut di survey lembaga Indikator pada Juli lalu.
Dikutip Senin (7/8/2023), lembaga survei tersebut mengatakan dari 1.220 calon pemilih, 36,8% responden memenangkan Prabowo.
Ia unggul tipis dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (35,7%) dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan (21,5%).
Bahkan dalam pertarungan dua arah, Prabowo (49,5%) unggul atas Ganjar (40,9%).
"Terlepas dari masa lalunya yang suram, menteri pertahanan secara mengejutkan mendapat dukungan kuat dari anak muda Indonesia," tulis media itu dikutip dari CNBC.
"Yang mencolok dari survei Indikator adalah bahwa survei ini sangat condong ke pemilih yang lebih muda, dengan lebih dari 60% responden berusia di bawah 42 tahun... Hasilnya menunjukkan bahwa Prabowo akhirnya dapat dijangkau, setelah gagal dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2014 dan 2019," lanjutnya.
Menurut media tersebut, Prabowo tampaknya merupakan pilihan yang menarik bagi pemilih yang lebih muda.
Bahkan jika dibandingkan dengan para pesaingnya yang relatif lebih muda, di mana baik Ganjar dan Anies berusia 54 tahun.
Namun The Diplomat menyorot kedekatannya dengan rezim orde baru.
Belum lagi persoalan hak asasi manusia (HAM) saat ia masih menjadi bagian dari pemerintahan Soeharto.
"Prabowo, yang naik pangkat militer di bawah pemerintahan Orde Baru Soeharto, dan pernah menjadi menantu generalissimo Indonesia," tulis media itu.
"Secara kredibel terlibat dalam litani pelanggaran hak asasi manusia, termasuk kekejaman yang dilakukan di zona konflik Timor Timur dan Aceh, dan penculikan aktivis pro-demokrasi di bulan-bulan terakhir pemerintahan Orde Baru," tambahnya.
Lebih lanjut, The Diplomat juga menyebut kemiripan Prabowo dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Bisa saja kemenangan besar diraih Prabowo seperti Bongbong Marcos.
"Kemenangan tersebut mengakhiri upaya selama puluhan tahun untuk merehabilitasi citra keluarganya dan mengesampingkan ingatan publik tentang korupsi skala besar dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di bawah periode Darurat Militer Marcos Sr," jelas media tersebut.
"Apakah Prabowo menang atau tidak untuk memenangkan kursi kepresidenan Indonesia masih harus dilihat. Namun popularitasnya yang terus berlanjut, seperti kembalinya keluarga Marcos di Filipina, menunjukkan sesuatu yang signifikan tentang kekuatan pemasaran politik dan disinformasi untuk menghapus pelanggaran di masa lalu, dan kondisi politik yang memberikan daya tarik semacam itu," tambahnya.
"Hal ini juga menunjukkan bahwa sementara kaum muda Indonesia telah berada di garis depan perjuangan panjang negara untuk kedaulatan rakyat, sikap politik kaum muda ambivalen dan sulit ditekan menjadi cetakan ideologis yang sederhana," pungkas media tersebut.
(redaksi)