POJOKNEGERI.COM - Budiman Sudjatmiko melewati perjalanan dan perenungan panjang sebelum akhirnya "berdamai" dengan Prabowo Subianto.
Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko membutuhkan waktu 25 tahun untuk merenung sebelum akhirnya menemui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Mantan anggota DPR RI ini mengaku tidak pernah dendam dengan Prabowo.
Budiman menjelaskan bahwa dirinya dan Prabowo pernah berhadapan saat proses menumbangkan Orde Baru, saat itu dia adalah aktivis dan Prabowo merupakan prajurit TNI.
Budiman Sudjatmiko lantas menjelaskan alasannya akhirnya memilih untuk menemui Prabowo Subianto di malam 1 Suro, beberapa waktu lalu.
Hal itu disampaikan Budiman ketika mengisi diskusi di acara deklarasi Relawan Persatuan Nasional di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Sebelum itu, Budiman pernah pernah bertemu dengan Prabowo saat menemani temannya wawancara tahun 2002 dan pada Pilpres 2009 saat Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Namun, kedua pertemuan tersebut bukan atas inisiatifnya, namun Budiman dalam rangka menjalankan tugas partai dan menemani temannya yang saat ini menjadi Wamen Kominfo.
Setelah pertemuan tersebut, Budiman mengaku banyak melakukan perenungan.
Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya terkait tidak adanya rasa marah dan dendam kepada orang-orang yang pernah menjadi lawannya saat menjadi aktivis di zaman Orde Baru.
"Salah satunya begini 'kenapa saat saya bertemu dengan orang-orang yang pernah menghadapi saya, berhadapan dengan saya, baik itu yang dulu pernah menangkap saya, baik itu yang dulu pernah menginterogasi saya, baik itu hakim yang pernah memvonis saya 13 tahun penjara, baik itu orang yang pernah membocorkan tempat saya bersembunyi sehingga saya dan teman-teman saya ditangkap dan akhirnya saya divonis 13 tahun penjara. Kenapa saat saya bertemu, tuan guru, kok tidak pernah setitik pun saya punya rasa marah dan dendam," ucap Budiman Sudjatmiko, dikutip dari detik.com.
Kemudian Budiman mengaku telah merenungkan itu sejak terakhir ditangkap pada 1996.
Dia mengaku setidaknya sudah 6 kali ditangkap sejak duduk di SMA.
Dalam perenungan tersebut, Budiman mencari jawaban kenapa dia tidak pernah marah kepada lawan-lawannya dulu.
Pada akhirnya, Budiman mengambil kesimpulan jika orang-orang tersebut merupakan yang dikirim Tuhan sebagai sahabat terselubungnya untuk menempah dirinya.
Sehingga setelah melewati 25 tahun perenungan, Budiman akhirnya memutuskan untuk menemui Prabowo Subianto.
Dia sadar apa yang mereka lakukan dulu merupakan dalam rangka menjalankan tugas masing-masing.
"Saya butuh 25 tahun untuk merenung dan pada akhirnya saya putuskan, oke saya temui Pak Prabowo Subianto. Karena apa? Saya disadarkan bahwa pada akhirnya apa yang kami lakukan, apa yang kami alami kalau mengutip kata-kata Bung Ikhyar tadi adalah dulu di zaman Orde Baru, tugas negara dan tugas sejarah itu bentrok, tugas negara dan tugas sejarah di Orde Baru itu berlawanan dan itu adalah salah, tidak seharusnya tugas negara itu melawan tugas sejarah, karena sebuah negara itu harus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman dan sejarah," jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Forum Aktivis 98, Muhammad Ikhyar Velayati, menyebut deklarasi relawan ini terinspirasi dari pertemuan Budiman dan Prabowo.
Menurut dia, kedua orang tersebut sempat berseteru saat Orde Baru, di mana Budiman saat itu merupakan aktivis dan Prabowo merupakan militer.
Keduanya kemudian bertemu beberapa waktu lalu untuk saling memaafkan dan mendiskusikan tentang persatuan Indonesia.
Ada beberapa kelompok yang terlibat dalam deklarasi Relawan Persatuan Nasional tersebut.
Mulai dari aktivis mahasiswa, partai politik hingga aktivis 98.
(redaksi)