POJOKNEGERI.COM - Selain Irjen Ferdy Sambo dan Dewi Perssik yang masih belum juga damai-damai dengan mantan suaminya, ada satu berita lagi yang cukup membuat penulis merasa takjub dan berujar, Ah, sikok bagi duo nih.
Tentang sepakbola.
Anglenya, Manchester United yang dibabat habis sama Brentford.
Skor akhir 4-0.
Klub anak baru di Premier League itu sukses bikin kemunculan meme baru untuk Cristiano Ronaldo dkk.
Sekedar info, Brentford baru aja promosi. Mereka new kids on the block.
"Seperti sampah" ujar Ten Hag, pelatih baru MU, menggerutu dalam wawancaranya kepada BeIN Sports, beberapa jam usai laga memalukan itu.
Soal MU ini sepertinya belum ada dokter yang bisa menyembuhkan.
Banyak tabib-tabib berdatangan, tapi nasib MU juga masih gitu-gitu saja.
Sebegitu seringnya MU terluka, mungkin membuat fans The Red Devil cocok untuk menyanyikan lagu Bertahan Terluka milik Fabio Asher.
Liriknya begini:
"Lakukanlah semaumu
Sampai kau lelah menyakitiku
Sebisaku takkan mengusikmu
Ku akan mencoba mengerti dirimu"
Tabib David Moyes
Rumahnya jauh, dari Skotlandia.
Tabib David Moyes jadi "penyembuh" pertama yang didatangkan MU, sebagai pengganti Sir Alex Ferguson.
Awalnya sih baik-baik saja. Moyes sukses beri harapan besar ketika membuka musim 2013/14 dengan menggondol Community Shield, mengalahkan Wigan Athletic dan menaklukkan Swansea City 4-1 di matchday perdana Liga Primer Inggris.
Namun, semuanya jadi palsu.
Moyes justru banyak buat rekor-rekor yang bikin fans MU 'keselek'.
Tabib Ryan Giggs
Dia cuma 10 bulan bekerja. Kalah dari Everton, Giggs langsung dipecat MU di 2014 lalu.
Tabib Louis van Gaal
Butuh waktu sekitar 2 tahun untuk meyakinkan manajemen Setan Merah untuk akhirnya benar-benar memutus kontrak Van Gaal.
Prestasi mentereng sang Meneer asal Belanda itu 'sekalinya' juga tak mampu membuat MU meraih banyak piala.
Media-media luar negeri banyak buat berita tentang Van Gall, yang suka merubah-ubah formasi.
Jika pusing, biasanya Van Gaal suka memainkan jurus pamungkas yang tak pamungkas-pamungkas amat.
Nama jurusnya "Memasukkan Fellaini".
Tabib Jose Mourinho
Di bawah Mourinho juga tak bagus-bagus amat. Menukangi Setan Merah di musim 2016 - 2018, persentase kemenangan Manchester United hanya mencapai 58,3 persen.
Meski begitu, Mourinho berhasil membantu Manchester United meraih tiga trofi juara, yakni Community Shield, Piala Liga Inggris, dan gelar Liga Europa.
Tabib Ole Gunnar Solskjaer
Ole pernah jadi pahlawan MU.
Tapi, itu saat jadi pemain, ketika pada musim 1998/1999.
Di final Liga Champions itu, Ole menjadi penentu kemenangan MU lewat golnya di akhir laga saat bersua Bayern Muenchen.
Ole mungkin bisa jadi contoh, ketika manajemen terlalu banyak "cawe-cawe" dalam urusan kepelatihan.
Awalnya, ia hanya ditugasi untuk menjadi pelatih sementara MU, menggantikan Jose Mourinho.
Tugasnya, mengembalikan kepercayaan diri pemain, memperbaiki pola permainan MU dan mengembalikan DNA United ke dalam permainan.
Untuk hal itu, Ole sepertinya berhasil.
Tetapi hanya saat menjadi pelatih interim.
Ketika dikontrak menjadi pelatih tetap, Ole justru gundah.
Entah canggung atau bingung, Ole justru tak bisa lagi kembalikan performanya seperti saat jadi pelatih interim.
Manajemen memintanya ini itu ini itu.
Dan Ole pun Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tabib Ralf Rangnick
Dia cuma dikontrak selama 6 bulan. Penulis enggan menulis lebih banyak.
Tabib Erik ten Hag
Ia adalah pelatih asal Belanda kedua yang menukangi MU (sebelumnya Van Gaal).
Backgroundnya, Erik pernah tiga kali sabet gelar Liga Belanda bersama Ajax Amsterdam.
Prestasi itu dinilai mumpuni, untuk bisa menukangi Setan Merah.
Hmmmm...
Saat ini, Selasa 16 Agustus 2022, MU ada di peringkat 20 klasemen Liga Inggris.
Peringkat paling buncit.
PS: Sebegitu ramainya kekalahan MU ini membuat Menkopolhukam RI Mahfud MD juga menuliskan tweet begini: MU punya tim intel sendiri yang laporannya lbh akurat. Disarankan agar pimpinan City dan publik MU tdk percaya thd intel City. Begitu profesional Intel MU shg tahu caranya mengejar dan menginterogasi petir yg menyambar CCTV di stadium.
Ditulis oleh Anjas Pratama, jurnalis di Kaltim
(redaksi)