POJOKNEGERI.COM - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, Asli Nuryadin, mengungkapkan keprihatinannya terkait kekurangan guru bimbingan dan konseling (BK) di sejumlah sekolah di Kota Tepian.
Dikatakannya bahwa masalah ini muncul karena peran guru BK masih minim dihargai, menyebabkan sebagian besar sekolah hanya memiliki satu hingga dua guru BK yang harus membimbing lebih dari 100 siswa.
Menurut Asli, kondisi ini tidak ideal, mengingat seorang guru BK seharusnya hanya mendampingi 100 siswa agar dapat menjalankan peran pentingnya, bukan hanya sebagai pelengkap sistem pendidikan, melainkan juga dalam mendampingi perkembangan psikologis siswa.
"Dengan jumlah murid di SD dan SMP se-Samarinda mencapai 135.000, belum termasuk SMA dan SMK, guru BK sangat jarang, bahkan paling hanya satu atau dua per sekolah," ungkapnya di Hotel Horison Samarinda pada Selasa (16/1/2024).
Meskipun pemerintah telah berusaha menambah jumlah guru BK melalui jalur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), ternyata penambahan ini belum mampu menutupi kekurangan yang signifikan. Asli mencatat kekurangan sekitar 1600 guru BK yang belum tercover oleh PPPK, sementara ada sekitar 200 guru BK yang pensiun setiap tahun.
Selain jumlah, masalah utama juga terletak pada kebutuhan akan tenaga ahli yang kompeten dalam menghadapi berbagai karakter, kepribadian, dan perilaku siswa. Terutama di masa perkembangan usia sekolah, di mana karakter anak-anak dapat menentukan masa depan mereka.
Ia menekankan bahwa anak-anak membutuhkan sosok dewasa sebagai tempat berkeluh-kesah, dan untuk itu, ia berharap ada penambahan guru BK melalui PPPK pada tahun ini untuk mengatasi kekurangan ini.
"Paling tidak, perilaku anak-anak harus dekat dengan guru konseling, karena mengubah perilaku bukanlah hal yang mudah," pungkasnya.
(tim redaksi)