POJOKNEGERI.COM - Dua negara jadi sasaran kekesalan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.
Dua negara tersebut yakni Singapura dan Amerika Serikat.
Khusus Singapura, kemarahan Luhut dipicu keinginan Singapura meminta impor listrik dari sumber energi bersih Indonesia.
Namun, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Luhut karena Singapura hanya meminta Indonesia untuk mengekspor listrik, tetapi tidak membangun industrinya di Indonesia.
Tanpa takut, Luhut pun menyebut Singapura brengsek.
Menurutnya, Indonesia mau mengekspor listrik ke Singapura, selama industri energi bersih ini dikembangkan di Indonesia.
"Singapura minta supaya kita ekspor listrik clean energy. Kita nggak mau, saya bilang nggak mau. Mau, kalau proyek di kita," ungkap Luhut pada kesempatan yang sama.
Amarahnya semakin menjadi ketika dia menjelaskan bahwa permintaan tersebut menunjukkan bahwa Singapura menilai Indonesia bodoh, bisa dimanfaatkan untuk mengaliri listrik dari energi bersih Indonesia ke Singapura
"Ini kan brengsek Singapura ini, dipikir kita bodoh aja, tender perusahaan-perusahaan kita, emang gue pikirin," tegas Luhut.
Meski tak disebut secara gamblang sumber energi bersih yang dimaksud, namun sebelumnya Singapura meminta Indonesia untuk mengekspor listrik ke Singapura dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Sementara, kemarahan Luhut dengan Amerika Serikat dipicu janji percepatan pelaksanaan transisi energi termasuk oleh Amerika Serikat (AS) yang diumumkan melalui forum G20.
Luhut menyebut AS hanya omong kosong.
Nyatanya memang, pendanaan melalui Just Energy Transition Program (JETP) sebesar US$ 20 miliar atau setara Rp 294,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.718 per US$) untuk Indonesia sampai saat ini belum menemui titik terang.
Seperti diketahui, Presiden AS Joe Biden telah mengungkapkan komitmen negara-negara G7 hasil inisiasi AS dan Jepang untuk mendanai percepatan transisi energi di Indonesia.
Komitmen ini dituangkan melalui inisiasi Just Energy Transition Partnership (JETP) yang dicetuskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Selasa (15/11/2022).
Luhut menceritakan perjalanan kerjanya ke Washington DC, Amerika Serikat, salah satunya untuk menindaklanjuti JETP oleh AS dan Jepang.
Saat itu Luhut menagih janji dana yang dilontarkan oleh AS, namun Luhut tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan.
Justru, dalam cerita Luhut, AS diam saat ditanya dimana uang yang di gadang-gadang untuk Indonesia dalam rangka percepatan transisi energi menjadi energi bersih.
"Waktu saya di Washington sebulan lalu, kita paparin (rencana transisi energi) mereka sudah iya, terus saya bilang, where is the money? Ao ao ngomong doang," papar Luhut dalam acara 'Hilirisasi dan Transisi Energi Menuju Indonesia Emas', Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Tidak takut, Luhut mengungkapkan kepada pihak Amerika Serikat bahwa jangan sampai AS mengatur Indonesia dalam mengambil kebijakan.
"Kalau kamu kasih harga loan-nya sama dengan harga commercial loan, forget it, we can do it by our own, kenapa kalian ngatur-ngatur? Dia harus ngerti," tambah Luhut. (*)