HukumNasional

Kasus Whoosh, KPK Masih Lakukan Penyelidikan

POJOKNEGERI.COM – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut kasus proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. 

Whoosh sendiri merupakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang beroperasi pada 2 Oktober 2023.

Whoosh merupakan kereta cepat pertama di Indonesia sekaligus Asia Tenggara

Rencana pembangunan kereta cepat dimulai sejak 2015 dengan pembentukan PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC). 

Proyek ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden No 3 Tahun 2016.

Pengusutan itu masih tahap penyelidikan.

“Ya benar jadi perkara tersebut saat ini sedang dalam tahap penyelidikan di KPK,” kata Jubir KPK Budi Prasetyo kepada wartawan, Selasa (27/10/2025).

Dia belum menjelaskan lebih lanjut terkait dugaan korupsi yang sedang berproses.

Masih Tahap Penyelidikan

Budi mengatakan perkembangan kasus yang masih tahap penyelidikan belum dapat di sampaikan secara terbuka ke publik.

“Untuk tahap penyelidikan, memang kami tidak mengekspos atau memublikasikan pihak-pihak yang dimintai keterangan dalam proses ini. Termasuk dengan kegiatan-kegiatan lainnya tentu yang juga dilakukan oleh tim dalam upaya mencari keterangan-keterangan yang dibutuhkan,” ujar Budi.

Pada tahap penyelidikan ini, kata Budi, KPK juga belum bisa membeberkan detail konstruksi perkara, pihak yang akan diminta pertanggungjawaban pidana serta dugaan kerugian negara dari kasus yang sedang ditangani KPK. 

Pasalnya, pada tahap penyelidikan, KPK masih fokus mengumpulkan alat bukti untuk menentukan ada tidaknya tindak pidana korupsi dalam proyek kereta cepat Whoosh.

“Jadi kita masih fokus dahulu untuk mencari, menemukan unsur-unsur peristiwanya, peristiwa adanya dugaan tindak pidana korupsinya. Kita fokus dahulu di situ dalam tahap penyelidikan,” jelas Budi.

Jika merujuk pada Pasal 1 ayat (5 )KUHAP, maka disebutkan penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.

“Sejauh ini tidak ada kendala, jadi memang penyelidikan masih terus berprogres. Kita berikan ruang, kita berikan waktu pada proses penegakan hukum yang sedang berjalan di KPK ini supaya proses-prosesnya bisa betul-betul firm untuk menemukan dalam pencarian terkait dengan informasi ataupun keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh tim,” pungkas Budi.

KPK Masih Lakukan Penelaahan

Ketua KPK Setyo Budiyanto menyatakan perlu penelaahan kembali untuk pemanggilan atau pemeriksaan saksi-saksi terkait dugaan tindak pidana korupsi atau penggelembungan anggaran (mark up) pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

“Biasanya ditelaah dulu,” kata Setyo di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, DIY, Selasa (28/10).

Setyo mengaku belum mengecek sejauh mana progres atau tahapan penanganan dugaan perkara ini. Audit proyek ini oleh KPK juga akan sesuai tahapannya.

“Baru juga (ditangani),” ucapnya.

Juru Bicara KPK Budi Prasetyo sebelumnya menyatakan lembaganya telah menyelidiki dugaan korupsi terkait kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh sejak awal tahun 2025.

Penyelidikan tersebut masih berproses hingga saat ini dan KPK membuka pintu menampung setiap informasi atau dugaan dari masyarakat terkait itu.

Awal Mula Proyek Kereta Cepat

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebenarnya sudah digagas di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Rencana proyek itu pun bergulir hingga era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi).

Proyek ini digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) yang merupakan konsorsium BUMN Indonesia dan China Railways dengan skema business to business. KCIC sebagai badan usaha perkeretaapian yang menjadi pengusaha proyek ini 60% sahamnya dimiliki oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan 40% sisanya dikuasai China Railway International (CRI). PSBI merupakan konsorsium 4 BUMN yakni PT Kereta Api Indonesia, PT Wijaya Karya Tbk, PT Jasa Marga Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I.

Dalam pembangunannya, tidak berjalan mulus pada awal groundbreaking karena terkendala pembebasan lahan yang tak selesai. Hal ini membuat pendanaan dari China tak bisa terealisasi. Itu adalah masalah yang membuat biaya bengkak.

Awalnya pembangunan ditargetkan bisa selesai pada 2019. Namun, kereta cepat baru bisa diresmikan oleh Presiden ke-7 Joko Widodo pada tanggal 2 Oktober 2023 di Stasiun Halim, Jakarta.

Awal pembangunan biaya diestimasi US$ 5,5 miliar. Lalu membengkak jadi US$ 5,8 miliar dan naik lagi menjadi US$ 6,07 miliar. Kemudian proyek ini diperkirakan ada pembengkakan biaya lagi mencapai US$ 1,176-1,9 miliar, menjadi maksimal US$ 7,97 miliar.

Melansir dari situs resmi KCIC, pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank (75%). Sedangkan 25% merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) (60%) dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. (40%).

Digagas Jepang, tapi Akhirnya Digarap China

China saat itu bukanlah satu-satunya negara yang minat dengan pembangunan proyek ini. Pemerintah waktu itu melakukan studi kelayakan dengan proyek Kereta Cepat dengan Japan Internasional Corporation Agency (JICA).

Dalam studi itu, mereka membahas terkait kereta semi cepat Jakarta-Surabaya dengan jarak 748 km. Kereta itu diproyeksi bisa menempuh waktu 5,5 jam.

Setelah uji kelayakan pemerintah membuka lelang untuk negara yang tertarik. Kemudian masuklah China. Utusan Jepang Izumi Hiroto membawa proposal revisi kedua ke Jakarta pada 26 Agustus 2015. Tak berselang lama, China mengirimkan proposalnya pada 11 Agustus 2015 lalu.

Jepang menawarkan pinjaman proyek dengan masa waktu 40 tahun berbunga hanya 0,1% per tahun dengan masa tenggang 10 tahun, padahal sebelumnya bunga yang di tawarkan Jepang sampai 0,5% per tahun.

Sementara itu, proposal penawaran China menawarkan pinjaman dengan bunga lebih tinggi dengan jangka waktu lebih panjang. China menawarkan pinjaman sebesar US$ 5,5 miliar dengan jangka waktu 50 tahun dan tingkat bunga 2% per tahun.

Indonesia kemudian menunjuk Boston Consulting Group untuk mengevaluasi penawaran dari kedua negara tersebut dan segera mengumumkan pemenangnya usai deadline besok. Akhirnya pemerintah memilih China untuk menggarap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Salah satu alasannya lantaran pihak Jepang tidak mau jika tidak ada jaminan dari pemerintah. Sementara China siap menggarap dengan skema business to business tanpa ada jaminan dari pemerintah.

(*)

Tampilkan Lebih Banyak

HS

Artikel Terkait

Back to top button