Kaltim

Kaltim Siapkan Diri Jadi Pusat Energi Bersih Nasional 2045

POJOKNEGERI.COM – Di tengah pergeseran global menuju energi ramah lingkungan, Kalimantan Timur (Kaltim) mengambil langkah berani. Pemerintah provinsi menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 79% pada tahun 2045 melampaui target nasional yang berada di angka 70%.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Langkah ini bukan sekadar respons terhadap tren dunia, melainkan strategi jangka panjang untuk melepaskan ketergantungan dari energi fosil, terutama batu bara, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi daerah.

Sebuah keputusan yang menantang, mengingat lebih dari separuh pendapatan daerah Kaltim saat ini masih ditopang oleh sektor tersebut.

“Kita tidak bisa berpura-pura bahwa batu bara akan terus dibutuhkan selamanya. Dunia sedang berubah, dan Kaltim harus ikut bergerak. Transformasi menuju energi bersih adalah keniscayaan,” tegas Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim, Bambang Arwanto, Rabu (22/10/2025).

Data dari Dinas ESDM menunjukkan, permintaan batu bara global diprediksi turun 20 persen pada 2030, dan bakal anjlok hingga 70 persen pada 2045. Angka itu menunjukkan ancaman nyata bagi daerah-daerah yang masih mengandalkan energi fosil sebagai sumber utama pendapatan.

Kaltim termasuk di dalamnya. Sektor pertambangan selama ini menjadi penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian lokal. Namun, kondisi ini sekaligus menjadi ketergantungan yang berisiko.

“Transisi energi memang tidak mudah. Kita menghadapi dilema antara menjaga stabilitas ekonomi dan menyiapkan masa depan yang berkelanjutan. Karena itu, strategi bertahap adalah pilihan paling realistis,” ujar Bambang.

Pemerintah Provinsi Kaltim kini tengah menyiapkan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) sebagai panduan strategis dalam menata ulang sektor energi. Salah satu fokus utamanya adalah mengurangi emisi karbon dan memperluas investasi energi bersih.

Ada empat langkah utama yang kini sedang digodok:
1. Mendorong investasi energi baru terbarukan (EBT), khususnya di bidang tenaga surya, biomassa, dan hidro skala kecil.
2. Mengembangkan ekosistem industri hijau, agar rantai pasok energi bersih bisa tumbuh dari hulu hingga hilir di Kaltim.
3. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) agar tenaga kerja lokal mampu beradaptasi dengan kebutuhan industri energi bersih.
4. Menjalin kolaborasi lintas provinsi dan internasional, terutama dalam hal pendanaan dan transfer teknologi energi bersih.

“Kita ingin transisi ini tidak hanya bicara soal lingkungan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru. Kalau dilakukan dengan konsisten, Kaltim bisa menjadi pusat energi bersih nasional,” terang Bambang.

Transformasi energi di Kaltim bukan sekadar proyek teknis, melainkan pergeseran paradigma pembangunan. Selama puluhan tahun, sektor pertambangan identik dengan pertumbuhan ekonomi Kaltim. Namun, seiring meningkatnya kesadaran global terhadap perubahan iklim, arah pembangunan kini mulai berubah.

Bambang menilai, sektor energi bersih dapat menjadi tulang punggung baru yang tak kalah menjanjikan. Potensi energi surya, biomassa dari limbah perkebunan, dan tenaga air di beberapa wilayah pedalaman Kaltim dinilai mampu memberikan suplai energi stabil, sekaligus menekan emisi karbon secara signifikan.

“Kalau dulu kekuatan ekonomi kita di perut bumi, sekarang kita ingin kekuatan itu berpindah ke sumber daya terbarukan yang ada di atas permukaan,” ujarnya.

Selain itu, proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang tengah dibangun di sebagian wilayah Kaltim juga menjadi pendorong penting. IKN ditetapkan sebagai kota berkonsep hijau dan rendah emisi, sehingga kebutuhan energi bersih di masa depan akan semakin besar.

Meski arah kebijakan sudah jelas, pemerintah daerah juga menyadari bahwa perubahan ini membawa risiko. Hilangnya sebagian pendapatan dari sektor batu bara berpotensi menekan keuangan daerah dalam jangka pendek.

Untuk itu, Bambang memastikan bahwa strategi transisi dilakukan tanpa mengguncang stabilitas fiskal dan sosial. Pemerintah tengah menyiapkan kebijakan insentif bagi investor energi bersih serta skema pelatihan ulang bagi pekerja tambang agar bisa beralih ke industri hijau.

“Kalau tidak dimulai sekarang, Kaltim akan menanggung beban lebih berat nanti. Justru dengan memulai lebih awal, kita punya waktu untuk menyesuaikan diri,” katanya.

Kaltim menargetkan, dalam 20 tahun ke depan, seluruh kebijakan energi daerah sudah mengarah ke model berkelanjutan. Selain memperluas pemanfaatan energi bersih, pemerintah juga akan memperkuat sistem pengelolaan limbah industri, meningkatkan efisiensi energi, dan memperluas jaringan listrik hijau ke daerah terpencil.

“Transformasi ini adalah investasi jangka panjang. Bukan hanya soal listrik atau sumber energi, tapi tentang masa depan Kaltim sebagai provinsi yang tangguh menghadapi perubahan global,” tegas Bambang.

Dengan target bauran energi terbarukan sebesar 79 persen pada 2045, Kaltim tidak hanya menempatkan diri sebagai bagian dari agenda transisi energi nasional, tetapi juga sebagai contoh bahwa daerah penghasil fosil pun mampu bertransformasi menjadi motor energi hijau Indonesia.

“Visi kami sederhana, dari daerah tambang menjadi daerah terang—terang energi, terang masa depan,” pungkasnya optimistis.

(tim redaksi)

Show More
Back to top button