POJOKNEGERI.COM - Fenomena jenazah pasien Covid-19 menumpuk di rumah sakit bukan isapan jempol.
Pada salah satu rumah sakit plat merah di Jombang temuan itu menyeruak ke publik.
Video yang menggambarkan penumpukan jenazah di salah satu ruangan sakit beredar di sosial media.
Kontan hal itu jadi sorotan warganet belakangan ini.
Penumpukan jenazah pasien Covid-19 itu jelas menghambat proses pemulasaran.
Ternyata penumpukan jenazah Covid-19 bukan tanpa sebab.
Belakangan diketahui hal itu disebabkan karena keterbatasan SDM dalam proses pemulasaran jenazah Covid-19.
Sementara tren kasus positif Covid-19 yang meninggal semakin meningkat.
Pada akhirnya jenazah pasien Covid-19 terpaksa masuk dalam daftar tunggu untuk dilakukan proses pemulasaran sesuai protokol kesehatan.
Selengkapnya baca berita dalam artikel ini.
Dilansir Tribunnews.com sebuah video yang beredar dimedia sosial memperlihatkan penumpukan jenazah pasien Covid-19 di RSUD .
Video ini viral di media sosial Facebook, Selasa (6/7/2021).
Video berdurasi 21 detik itu diunggah di salah satu grup Facebook sekitar pukul 13.00 WIB oleh akun Moko Eko Sudarmianto.
Selain di Facebook, video antrean pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 itu juga beredar di aplikasi pesan instan WhatsApp.
Dari keterangan yang beredar di Facebook maupun WhatsApp, antrean pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 itu terjadi di RSUD Jombang.
Berdasarkan tayangan video, pengambil gambar menunjukkan beberapa jenazah berada di atas tempat tidur di sebuah ruangan.
Sambil menyorot beberapa jenazah, pengambil gambar menyampaikan beberapa penjelasan.
"Ini masih belum bisa memandikan, macet. Ini masih antre, di ruangan masih banyak," ungkap si pengambil gambar sebagaimana terekam dalam video. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Direktur RSUD Jombang Pudji Umbaran saat dikonfirmasi Kompas.com, tak menampik adanya antrean pemulasaraan jenazah pasien Covid-19.
Namun, dia tidak berani memastikan lokasi pengambilan gambar sebagaimana terekam dalam video yang viral sejak Selasa.
Menurut Pudji, pengambilan obyek yang terfokus pada deretan jenazah membuatnya kesulitan memastikan lokasi antrean pemulasaraan itu.
"Saya tidak mengenali sekitarnya, tidak bisa memastikan (lokasi) di video itu di mana. Tapi kalau soal antrean, ya, kita akui memang ada antrean jenazah untuk dipulasarakan," kata Pudji saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (7/7/2021).
Ia mengungkapkan, antrean pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di RSUD Jombang, puncaknya terjadi sejak Minggu (4/7/2021).
Pada hari itu, jumlah pasien meninggal dunia dengan status probable dan positif Covid-19 mencapai 17 orang.
Tingginya kasus kematian juga terjadi pada Senin (5/7/2021), serta Selasa (6/7/2021), dengan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 18 orang, baik pasien probable maupun positif Covid-19.
Pudji menjelaskan, tingginya kasus kematian pasien yang harus dimakamkan sesuai protokol pemakaman Covid-19, tidak sebanding dengan jumlah tenaga pemulasaraan jenazah yang ada.
Hingga Selasa, RSUD Jombang sebagai rumah sakit rujukan Covid-19, hanya memiliki enam orang yang memiliki kapasitas untuk melakukan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19.
"Saat ini kasus kematian kan cukup banyak, namun tenaga pemulasaraan jenazah terbatas. Tenaga kita terbatas, ada enam orang, yang itupun sangat ketat," ungkap Pudji.
Ia menambahkan, untuk menanggulangi munculnya antrean pemulasaraan jenazah pasien Covid-19, RSUD Jombang merekrut tenaga baru dan bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi kesehatan.
Selain itu, RSUD Jombang menyiapkan ruang tambahan untuk transit jenazah.
Sehingga, jenazah berada di tempat aman dan layak sebelum dimakamkan.
Pudji menjelaskan, tingginya kasus kematian akibat Covid-19, di antaranya disebabkan keterlambatan pasien dibawa ke rumah sakit.
Selain meminta masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan, ia juga meminta masyarakat mengenali tanda-tanda awal terkena Covid-19 agar tidak terlambat untuk merujuk ke rumah sakit.
(REDAKSI)