POJOKNEGERI.COM - Porsi utang Indonesia hingga akhir Mei 2022 membengkak.
Per 31 Mei 2022, posisi utang Indonesia mencapai Rp 7.002,24 triliun.
Besaran utang itu setara dengan 38,88 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Informasi dikutip dari Laporan APBN Kita Edisi Juni 2022, Rabu (29/6/2022), porsi utang didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) dengan besaran mencapai 88,20 persen dari total utang.
Lalu sisanya, yakni sebesar 11,80 persen berasal dari pinjaman.
Secara lebih rinci, utang Indonesia dari SBN denominasi rupiah dan valuta asing (valas) mencapai Rp 6.175,83 triliun. SBN berdenominasi rupiah sendiri mencapai Rp 4.934,56 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) Rp 4.055,03 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Rp 879,53 triliun.
Sementara itu, SBN berdenominasi valas mencapai Rp 1.241,27 triliun terdiri dari SUN Rp 967,67 triliun dan SBSN Rp 273,60 triliun.
Lalu, utang melalui pinjaman sebesar Rp 826,40 triliun, terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp 14,74 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 811,67 triliun. Pinjaman dari bilateral sebesar Rp 280,32 triliun, multilateral Rp 488,62 triliun, dan pinjaman bank komersial Rp 42,72 triliun.
Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, penarikan utang negara hingga akhir Mei 2022 susut 72,5 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.
Penarikan utang Indonesia hingga Mei 2022 hanya sebesar Rp 91 triliun atau 9,3 persen dari target APBN yang sebesar Rp 973,6 triliun. Pertumbuhan ini terkontraksi 72,5 persen (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
Secara rinci, penerbitan SBN neto hanya Rp 75,3 triliun atau -78,4 persen (yoy) dari Rp 348 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Besarannya baru 7,6 persen dari target Rp 991,3 triliun.
Sementara itu, pinjaman neto terealisasi Rp 15,7 triliun atau -88,8 persen dari target APBN dan turun 193,5 persen (yoy).
"Ini yang menggambarkan sektor pembiayaan utang sedang kita konsolidasikan, disehatkan dengan defisit yang menurun. Ini kombinasi dari penerimaan yang makin tinggi, belanja relatif kita jaga, dan dengan demikian defisit kita turunkan," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita beberapa waktu lalu
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)