POJOKNEGERI.COM - Nama KSAD Jenderal Dudung belakangan ini sering muncul dalam hubungannya dengan pernyataan anggota DPR RI Effendi Simbolon.
Mulai dari isu disharmonisasi dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa hingga soal penyebutan gerombolan TNI.
Lantas, bagaimana profil Jenderal Dudung?
Melansir Antaranews, Dudung Abdurachman merupakan pria yang lahir pada 16 November 1965 di Bandung, Jawa Barat.
Diketahui bahwa dirinya juga masih memiliki darah Cirebon dari keturunan Sunan Gunung Jati dari P. Sumbu Mangkurat Sari atau Pangerang Trusmi dari jalur putra “Pangerang Syeikh Pasiraga” Depok, Cirebon dari Jalur cicitnya yang bernama Kawu Muharom Wira Subrata Kepruh.
Darah tentara Dudung sudah mengalir dari orang tuanya yang bekerja di lingkup TNI, yaitu pasangan dari Bapak Nasuha dan Ibu Nasyati.
Seusai lulus SMA, dirinya memutuskan untuk mendaftar Akabri Darat yang perlu pendidikan hingga tahun 1988. Pendidikannya tersebut membuatnya mendapatkan pangkat Letnan Dua.
Setelah lulus dari pendidikan kecabangan Infanteri, jabatan awal kemiliteran pertamanya ialah Dandim 0406/Musi Rawas selama 2004-2006. Kemudian lanjut sebagai Dandim 0418/Palembang pada 2006-2008 dengan pangkat saat itu ialah Letnan Kolonel.
Di tahun 2010, Dudung dipercaya untuk mengambil jabatan Aspers Kasdam VII/Wirabuana selama setahun penuh.
Lalu di tahun 2011 sampai 2012, Dudung bergeser posisi menjabat sebagai Komandan Resimen Induk Kodama tau Danrindam II/Sriwijaya.
Atas kinernya yang dilihat positif, Dudung pun dipromosikan sebagai Dandenma Mabes TNI pada tahun 2015.
Dari situlah karirnya mulai menaik tajam dan berlanjut untuk menjabat posisi strategis dengan pangkat Brigadir Jenderal, yaitu Wakil Gubernur Akmil pada 2015-2016.
Selanjutnya ia memegang staf khusus Kasad dan Wakil Asisten Teritorial atau Waaster Kasad. Barulah setelahnya ia mejabat sebagai Gubernur Akmil selama dua tahun.
Hingga pada Agustus 2020 lalu, Dudung dilantik menjadi Pangdam Jaya oleh KASAD Jenderal Andika Perkasa. Kemudian pada Juni 2021, Dudung diangkat menjadi Pangkostrad.
Ada hal menarik yang membuat namanya menjadi pembicaraan publik saat dalam jabatan tersebut. Pasalnya, ia merupakan salah satu anggota TNI yang berani untuk memerintahkan pasukannya menurunkan baliho dukungan terhadap pimpinan FPI Habib Rizieq di sejumlah titik.
Bahkan ia mengancam untuk membubarkan FPI karena telah menimbulkan kerumunan di tengah pandemic Covid-19.
Dudung terhitung hanya enam bulan menjabat Pangkostrad. Kini, kariernya semakin menanjak dengan status orang nomor satu di TNI AD yang ia sandang. Pada 17 November 2021, ia dinaikan satu tingkat dari Letnan Jenderal (Letnan) menjadi Jenderal TNI dan mejabat sebagai KSAD di Istana Negara.
(redaksi)