POJOKNEGERI.COM - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan diterpa isu pergantian dalam beberapa waktu belakangan ini.
Isu pergantian orang nomor satu di badan intelijen itu mencuat usai hubungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri merenggang.
Hal itu muncul setelah putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden dari kubu rival PDIP, Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.
Budi Gunawan sendiri kerap dikesankan memiliki hubungan dekat dengan Megawati.
Hubungan itu terjalin sejak eks Wakapolri tersebut menjadi ajudan Megawati saat menjabat sebagai Wakil Presiden dan Presiden ke-5 Indonesia.
Lantas, bagaimana profil Budi Gunawan, Kepala BIN yang diterpa isu akan diganti?
Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan menjabat sebagai Kepala BIN sejak 2016.
Pria yang akrab disebut BG ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah dan lahir pada 11 Desember 1959.
BG merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1983.
Dia juga menggenggam gelar doktor dalam Ilmu Hukum dari Universitas Trisakti.
BG berhasil lulus dengan predikat Summa Cum Laude.
Sebagai Perwira Polri, Budi Gunawan pernah menempati berbagai posisi penting sepanjang perjalanan kariernya.
Beberapa di antaranya adalah Kepala Biro Pembinaan Karir (Karobinkar) Sumber Daya Manusia (SDM) Polri, Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri, Kapolda Bali, Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri, dan Wakil Kepala Polri (Wakapolri) untuk mendampingi dua Kapolri, yakni Jenderal Badrodin Haiti (2015-2016) dan Jenderal Tito Karnavian (2016).
Kecakapan BG juga membuatnya dinobatkan sebagai jenderal termuda dan berprestasi di Polri.
Oleh karena itu, dia dipercaya menjadi ajudan Megawati Soekarnoputri saat Ketua Umum PDIP itu menjadi Wakil Presiden (1999-2000) dan Presiden Indonesia (2000-2004).
Sebelum menduduki jabatannya sekarang, BG sempat berpolemik dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dia pernah ditetapkan sebagai tersangka kasus suap dan gratifikasi pada 13 Januari 2015.
KPK juga mencium adanya transaksi janggal yang dilakukan Budi sehingga kasus ini disebut sebagai kasus rekening gendut.
Akan tetapi BG melakukan perlawanan dengan mengajukan praperadilan dan menang.
Statusnya sebagai tersangka gugur dan kemudian kasusnya dilimpahkan ke kepolisian sebelum akhirnya dihentikan karena dinilai tak memiliki bukti yang cukup.
Masalah ini membuat BG gagal menjadi Kapolri pada 2015 lalu.
Padahal, namanya sempat menjadi kandidat tunggal yang diajukan Jokowi ke Komisi III DPR RI.
Akhirnya, posisi Kapolri itu diberikan kepada Badrodin Haiti, meskipun BG sudah menyelesaikan uji kelayakan dan kepatutan.
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, sempat ngotot meminta Presiden Jokowi melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Padahal, Jokowi berkukuh tidak akan memilih Budi.
Ketua Tim Sembilan, Syafii Maarif, mengatakan Megawati ngotot karena merasa kenal baik dengan BG dan merasa dia mampu mengemban tugas sebagai Kepala Polri.
Selain itu, sosok BG juga dikenal sebagai seorang yang dermawan.
Dia disebut kerap membagikan rumah gratis kepada para sopir pribadinya dan uang kepada para karyawan rumah tangganya.
Hal itu pernah disampaikan oleh tetangganya, Indri, saat BG masih tinggal di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Fasilitas tersebut diberikan BG kepada para sopir yang telah lama bekerja dengannya.
Setahun kemudian, nama BG kembali muncul sebagai calon pengganti Badrodin Haiti yang akan pensiun.
Namun, Jokowi lebih memilih Tito Karnavian sebagai Kapolri baru dan memberikan BG jabatan sebagai Kepala BIN.
Jabatan itu pun bertahan hingga saat ini, di tengah isu pergantiannya dari lembaga intelijen tersebut.
Diluar kiprahnya sebagai Kepala BIN, Budi Gunawan juga aktif dalam dunia olahraga.
Dia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar E-Sport Indonesia atau PB ESI.
Dia menahkodai induk organisasi olahraga daring itu sejak 18 Januari 2020. (*)