POJOKNEGERI.COM - Pada debat publik ketiga pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Samarinda yang digelar Kamis malam (21/11/2024) masalah kemacetan di Kota Samarinda menjadi salah satu pertanyaan oleh masyarakat.
Calon Wakil Wali Kota, Saefuddin Zuhri, menjelaskan bahwa masalah kemacetan di beberapa daerah di kota ini bersifat sementara. Menurutnya, kemacetan tersebut disebabkan oleh sejumlah proyek pembangunan yang tengah dilaksanakan, terutama terkait dengan kegiatan drainase dan perbaikan jalan.
“Seperti yang disampaikan masyarakat tadi, masalah kemacetan ini hanya bersifat sementara. Di Samarinda, memang saat ini ada beberapa daerah yang mengalami kemacetan, salah satunya adalah Jalan Bhayangkara masalah utamanya adalah proyek pembangunan yang sedang berlangsung, seperti drainase dan perbaikan jalan, yang memang berhubungan langsung dengan kemajuan kota,” ujar Saefuddin Zuhri.
Lebih lanjut, Saefuddin Zuhri mengatakan bahwa salah satu penyebab utama kemacetan saat ini adalah proyek penanaman pipa air bersih yang tengah dikerjakan meskipun mengakibatkan gangguan sementara, diharapkan dapat selesai dalam waktu dekat dan membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat Samarinda.
“Memang ada gangguan sementara akibat proyek ini, tapi insya Allah, pada akhir tahun nanti, kemacetan ini akan berkurang, dan kita bisa menikmati kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk jalan yang lebih nyaman untuk dilalui,” ucapnya.
Ia juga mengungkapkan pentingnya pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat.
“Kami ingin masyarakat bisa menikmati jalan yang nyaman, bisa berolahraga dengan tenang, dan yang lebih penting, mendapatkan akses air bersih yang memadai. Itu adalah bagian dari komitmen kami untuk mewujudkan Samarinda yang lebih baik,” tuturnya.
Sementara itu, calon Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menambahkan pandangannya mengenai solusi jangka panjang terhadap kemacetan di kota Samarinda antisipasi kemacetan di masa depan harus melibatkan penggunaan transportasi massal. Namun, ia juga mengingatkan bahwa antara teori dan praktik di lapangan tidak selalu berjalan sesuai harapan.
“Secara teoritis, antisipasi ke depan adalah penggunaan transportasi massal. Tetapi, kita tahu bahwa antara teori dan praktik itu seringkali tidak berbanding lurus. Seperti di Jakarta meskipun ada LRT dan MRT, kita masih berbicara tentang perubahan perilaku masyarakat terhadap penggunaan jalan,” ungkap Andi Harun.
Ia mengungkapkan untuk mengatasi kemacetan secara praktis, salah satu langkah yang saat ini sedang dilakukan adalah dengan pelebaran jalan dan rehabilitasi trotoar di beberapa titik di kota solusi tersebut hanya bersifat sementara jika tidak diikuti dengan perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan jalan.
“Kami sedang melakukan pelebaran jalan dan rehabilitasi trotoar. Namun, ke depan kami juga akan memperkenalkan transportasi massal sejak 2025 dan mengembangkan jalan-jalan baru sebagai alternatif,” jelasnya.
Selain itu, Andi Harun juga menekankan bahwa pengelolaan jalan dan perilaku pengguna jalan sangat berpengaruh dalam mengurangi kemacetan.
“Penting untuk memahami bahwa perilaku kita sebagai pengguna jalan juga harus berubah semua ini akan dilakukan untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih baik, yang dapat mengurangi kemacetan dan membuat Samarinda lebih nyaman untuk ditinggali,”pungkasnya.
(Redaksi)