POJOKNEGERI.COM - Perjalanan kami mahasiswa Universitas Mulawarman yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata angkatan tahun 2022 mendapati secara langsung keindahan dan keunikan sebuah gua di Desa Bumi Jaya di Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur yang berpotensi untuk diperkenalkan menjadi salah satu destinasi wisata baru andalan daerah.
Dinamai warga setempat sebagai Gua Beribu Kelelawar atau Gua Kelelawar yang berlokasi di pinggiran Desa Bumi Jaya.
Perjalanan kami mengunjungi gua ini dipandu oleh Pak Wowo Herlan selaku penjaga gua dan Pak M. Rifan selaku Kepala Dusun.
Lokasi gua yang tersembunyi ini hanya berjarak sekitar 100 meter dari jalan desa, yang kami tempuh dengan berjalan kaki.
Untuk dapat memasuki mulut gua, kami harus berjalan turun sedalam lebih kurang tiga meter dari permukaan tanah.
Pada saat memasuki mulut gua ini, kami langsung dapat merasakan hawa dingin dan bau khas gua, serta disambut oleh banyak kelelawar yang bergelantungan. Seketika itu juga kami dapat melihat banyak ornamen stalaktit dengan berbagai bentuk tak beraturan yang nampak unik dipandang. Sebuah pemandangan yang kebetulan tidak pernah kami lihat langsung sebelumnya.
Setelah memasuki gua lebih dalam lagi, kami menemukan beberapa hewan selain kelelawar, seperti berbagai jenis mamalia tikus, dan juga lipan atau kelabang (Centipedes) yang termasuk kelas serangga.
Kami mendapati bahwa banyaknya kelelawar yang bertengger di dinding dan langit-langit gua membuat lantai gua juga dipenuhi oleh kotoran kelelawar.
Ternyata endapan kotoran kelelawar yang bercampur dengan air kemih dan tanah ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
Pupuk ini sering diistilahkan sebagai pupuk guano, yang pada dasarnya serupa dengan pupuk kandang dari hewan ternak. Hal yang membedakan pupuk guano dan pupuk kandang adalah sumber hewannya, dimana pupuk guano merupakan campuran kotoran dari hewan liar, umumnya seperti burung laut, anjing laut, dan kelelawar.
Menurut keterangan dari penjaga gua, sebagian masyarakat desa telah mengetahui dan memanfaatkan ketersediaan pupuk guano ini, yang terbukti dapat menyuburkan tanaman yang dibudidayakan masyarakat desa setempat.
Masuk lebih dalam, kami mendapati gua ini diperkirakan memiliki panjang sekitar 250 meter.
Di ujung perjalanan menelusuri goa, kami terhalang oleh sebuah aliran sungai yang oleh penduduk desa diyakini dihuni oleh satwa reptilia buaya. Terlepas dari benar tidaknya informasi tersebut, spontan hal itu membuat kami mengurungkan niat untuk berjalan menyeberangi sungai yang ada di hadapan kami.
Sementara itu jalan keluar lainnya masih tertutupi oleh lebatnya semak belukar yang dengan minimnya peralatan yang kami bawa sehingga tidak bisa kami lewati.
Setelah dirasa cukup menikmati suasana dan pemandangan di gua ini maka akhirnya kami memutuskan untuk kembali pulang dengan melewati rute yang sama ketika kami datang.
Sebagai bagian dari generasi intelektual muda Kalimantan Timur, kami meyakini bahwa keberadaan Gua Beribu Kelelawar di Desa Bumi Jaya yang selama ini tidak banyak diketahui ini sebenarnya merupakan salah satu aset desa yang memiliki nilai penting serta berpotensi untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata alam dan pendidikan.
Selain juga sebagai sumber dalam pemanfaatan pupuk guano.
Pengelolaan yang terarah dan berwawasan lingkungan dalam pemanfaaatan gua ini merupakan kunci penting agar masyarakat desa secara umum dapat merasakan manfaat/layanan ekonomi dan ekologi (economic and ecology services) yang tersedia dari Gua Beribu Kelelawar.
Perhatian dan dukungan dari instansi pemerintah setempat maupun lembaga pendamping non pemerintahan terkait dalam pengelolaan aset desa ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia desa untuk pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Ditulis oleh Hamdhani dan Kelompok KKN Desa Bumi Jaya
Penulis adalah dosen Universitas Mulawarman selaku pembimbing lapangan bersama dengan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Kaubun, Kab. Kutai Timur Tahun 2022
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)