POJOKNEGERI.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin membuat pengakuan langka atas kegagalan badan keamanan Rusia terkait pembunuhan seorang jenderal militer senior di Moskow yang diatur oleh Ukraina.
Pembunuhan Jenderal Igor Kirillov, Kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia, dan Biologi Rusia, sepertinya menampar wajah Putin atas lemahnya badan keamanan Rusia melindungi sosok dan figur penting pemerintahan dan militer.
Jasad Kirillov terkapar di jalanan setelah terkena ledakan bom yang diatur oleh pihak Pasukan Khusus Ukraina.
Kematian Kirillov secara langsung menjadi pesan kalau pembunuhan juga bisa menyasar Putin selaku pimpinanan tertinggi pemerintahan karena lemahnya pengamanan dari badan keamanan Rusia tersebut.
"Badan intelijen kita tidak menyadari serangan-serangan ini. Mereka tidak menyadari serangan-serangan ini. Itu berarti kita perlu meningkatkan kinerja ini" kata Presiden Rusia, Vladimir Putin dilansir dari Tribunnews.com
Putin mewanti-wanti, apa yang menimpa Kirillov tidak boleh terjadi lagi.
Putin menyebut kebobolan Dinas Keamanan Rusia ini sebagai masalah sangat serius, merujuk pada keamanan dirinya yang potensial juga terancam.
Terkait pembunuhan Jenderal Igor Kirillov, Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menangkap tersangka yang merupakan seorang warga negara Uzbekistan berusia 29 tahun.
FSB Rusia melakukan operasi gabungan dengan Kementerian Dalam Negeri dan Komite Investigasi Rusia untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku.
Hasilnya, seorang pria kelahiran 1995 berhasil ditangkap setelah meledakkan alat peledak rakitan di dekat bangunan tempat tinggal di Jalan Ryazansky, Moskow.
Dikutip dari TASS, pelaku direkrut oleh dinas khusus Ukraina untuk melancarkan serangan ini.
Menurut laporan dari FSB, pelaku dijanjikan hadiah sebesar 100.000 dollar AS dan perjalanan ke salah satu negara Uni Eropa sebagai imbalan atas aksinya.
Serangan tersebut tidak hanya menewaskan Jenderal Kirillov, tetapi juga asistennya, Mayor Polikarpov, yang lahir pada tahun 1983.
Keterlibatan warga negara asing dalam serangan ini menunjukkan adanya jaringan internasional yang mungkin terlibat dalam konflik ini, yang selanjutnya dapat memicu ketegangan lebih lanjut antara Rusia dan Ukraina.
SBU mengonfirmasi bahwa mereka bertanggung jawab atas kematian Letjen Igor Kirillov, jenderal senior Rusia, yang tewas dalam serangan bom jarak jauh di Moskow pada Selasa (17/12/2024).
Serangan tersebut terjadi saat Kirillov sedang dalam perjalanan menuju kantornya.
Serangan dilakukan dengan menggunakan bom yang disembunyikan di skuter yang diparkir di luar gedung apartemen tempat Kirillov tinggal.
Kirillov, 54 tahun, telah menjadi sasaran sanksi dari beberapa negara, termasuk Inggris dan Kanada, akibat tindakannya dalam konflik yang berlangsung hampir tiga tahun di Ukraina.
Pada hari Senin (16/12/2024) sebelum serangan, SBU mengumumkan bahwa mereka telah membuka penyelidikan kriminal terhadap Kirillov, menuduhnya memerintahkan penggunaan senjata kimia terlarang.
Dikutip dari VOA, SBU mencatat bahwa sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022, terdapat lebih dari 4.800 insiden penggunaan senjata kimia oleh Rusia di medan perang.
Pada Mei lalu, Departemen Luar Negeri AS juga mengonfirmasi penggunaan racun kloropikrin, yang merupakan racun gas yang pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I, terhadap pasukan Ukraina.
(*)