POJOKNEGERI.COM - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri kembali menyebut bahwa dirinya “Ratu Preman” saat menutup rapat kerja nasional (rakernas) ke-5 PDI-P, Minggu (26/5/2024).
Sebelumnya, Megawati juga sempat menceritakan julukan tersebut dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 PDI-P pada 10 Januari 2023.
Kali ini, dihadapan peserta rakernas ke-5 PDI-P, Megawati kembali mengatakan bahwa dirinya “Ratu Preman” karena sebagai pemimpin tidak mudah percaya begitu saja.
Lalu, berani turun ke masyarakat dan mencari tahu perihal masalah yang dihadapi rakyat.
“Mungkin tampangku cantik, pintar seperti baik hati, ratunya PDI Perjuangan, eh tapi aku ya 'ratu preman’ lho,” ucap Mega.
Megawati menceritakan hal tersebut saat memberi pengarahan kepada semua kader PDI-P untuk turun ke masyarakat dalam momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.
Bukan hanya untuk mencari elektabilitas, dia menegaskan bahwa para kader PDI-P harus memberikan pengetahuan yang benar kepada masyarakat tentang memilih pemimpin yang benar.
Presiden ke-5 RI ini lantas menyinggung perihal realita pemberian amplop kepada masyarakat saat kontestasi politik.
Dia meminta agar masyarakat diberi pengetahuan jangan sampai dibohongi.
Kemudian, Megawati menceritakan pengalamannya mendengarkan curahan hati dari masyarakat yang dibohongi perihal isi uang dalam amplop.
Namun, dia melanjutkan, ternyata setelah dibuka isi amplop tersebut hanya Rp 300.000.
Menurut Megawati, hal seperti itu harus diberi tahu kepada masyarakat untuk tidak mudah percaya apalagi menggunakan bukti foto KTP.
Hanya saja, dia mengungkapkan bahwa saat itu dia kesal karena rakyatnya dibohongi.
Tetapi, dia juga menyebut itu adalah kesalahan dari orang itu sendiri.
Oleh karena itu, putri Presiden pertama RI Soekarno ini menyebut bahwa dirinya “Ratu Preman”.
Sementara itu, saat HUT ke-50 PDI-P, Megawati menceritakan bahwa dirinya mendapatkan julukan “Ratu Preman” ketika awal memimpin PDI.
Julukan "Ratu Preman" tersebut diketahui Megawati dari aparat keamanan yang mengawalnya.
Dia mencuri dengar percakapan aparat yang berkomunikasi melalui handy talkie (HT) saat hendak berangkat dari rumah menuju kantor.
Dalam percakapan itu, mereka menyinggung soal "semut-semut merah", julukan yang ternyata disematkan untuk kader-kader PDI.
Tak hanya itu, aparat juga menyinggung soal "Ratu Preman", predikat yang ternyata disematkan untuk Megawati.
Megawati penasaran dan bertanya ke pengawalnya, siapa yang dimaksud dengan Ratu Preman.
Mengetahui hal itu, Megawati mengaku tak mempersoalkan.
Sebab, menurut dia, anak buahnya di PDI-P memang banyak yang preman.
Masih di acara penutupan Rakernas V PDIP, Megawati Soekarnoputri sempat menyindir dengan minta dibuatkan lagu berjudul “Poco-Poco Kepemimpinan”.
Sebab, menurut Megawati, kepemimpinan di Indonesia dinilai maju dan mundur seperti tarian saat lagu “Poco-Poco” dinyanyikan.
“Ini kan yang saya gambarkan sebagai tarian 'Poco-Poco'. Tariannya tuh bagus lho, saya suka nari 'Poco-Poco', kompak dan berirama. Namun, kalau dalam politik jadi aneh arah bangsa nanti udah maju, lain visi misi mundur gitu. Siapa yang rugi? Bangsa sendiri,” ungkapnya.
Dia lantas memberi contoh maju mundurnya kepemimpinan lewat peristiwa tahun 1965, berubahnya status Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjadi Daerah Khusus Jakarta, dan Pemilhan Presiden 2024.
karena itu, Megawati sempat menyindir dengan minta dibuatkan lagu “Poco-Poco Kepemimpinan” oleh salah satu kader PDI-P yang juga diva Tanah Air, Krisdayanti.
Sebelumnya, Megawati mengungkapkan keperihatinannya atas pemerintahan.
Sebab, dinilai tidak memiliki kesinambungan lantaran tidak adanya pola pembangunan jangka panjang.
Bahkan, Presiden ke-5 RI ini sempat menyebut nama Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappneas) atau Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa.
Menurut Megawati, Suharso sendiri bingung saat ditanya olehnya soal konsep jangka panjang negara ke depan yang terangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Oleh karena itu, Megawati mengingatkan bahwa kursi kepemimpinan sangat berbahaya apabila berada di tangan yang tidak mumpuni dan tidak punya empati.
Kemudian, Megawati Soekarnoputri kembali mengungkit soal utang negara.
Megawati meminta agar pemerintah yang berkuasa membuka soal jumlah utang negara saat ini ke publik. Sehingga menjadi perhatian sekaligus pengetahuan bagi rakyat.
Dia lantas mengungkapkan, sempat kewalahan sendiri saat mencoba untuk menghitung jumlah utang Indonesia sampai saat ini.
Bahkan, Megawati mengingatkan agar berhati-hati dengan utang karena bisa membuat negara menjadi tidak seimbang dan kacau.
Adapun Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat bahwa nilai utang pemerintah menurun sampai dengan akhir Maret 2024.
Ini mengakhiri tren kenaikan posisi utang pemerintah pada beberapa bulan terakhir.
Berdasarkan data dokumen APBN KiTa, nilai utang pemerintah sampai dengan 31 Maret lalu sebesar Rp 8.262,10 triliun.
Nilai itu turun sekitar Rp 57,12 triliun dari posisi pengujung Februari 2024, yakni sebesar Rp 8.319,22 triliun.
Susutnya nilai utang pemerintah diikuti dengan penurunan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).
Rasio utang terhadap PDB tercatat sebesar 38,79 persen pada akhir Maret, lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya sebesar 39,06 persen. (*)