Sabtu, 22 Februari 2025

Ekonomi

Perang Dagang Amerika dan China, Ini Dampaknya bagi Indonesia

Senin, 10 Februari 2025 15:21

KOLASE FOTO - Perang Dagang Amerika dan China dan dampaknya bagi Indonesia

POJOKNEGERI.COM - Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China terus berlanjut dengan pengenaan tarif impor yang semakin tinggi.

Presiden AS, Donald Trump, telah menetapkan tarif 10 persen untuk barang-barang asal China, yang langsung memicu respons serupa dari pemerintah China terhadap produk-produk asal AS.

Bagi negara-negara yang terlibat dalam rantai pasokan global, dampak kebijakan ini cukup signifikan, tak terkecuali Indonesia.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (DKEM) Juli Budi Winantya, mengatakan meskipun ada banyak risiko yang dihadapi, tidak sedikit pula peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Salah satu dampak utama yang dirasakan Indonesia dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump, adalah risiko yang terkait dengan hubungan dagang Indonesia dengan China.

"Dampak dari peningkatan, dari ketidakpastian ini yang terutama terkait dengan tarif. Itu di satu sisi memang ada risiko, terutama terkait dengan Tiongkok," kata Juli dalam media briefing di Aceh, Jumat (7/2/2025).

Juli menjelaskan, sebagai mitra dagang utama, pertumbuhan ekonomi China yang melambat dapat mempengaruhi permintaan ekspor Indonesia.

Penurunan permintaan ekspor ke China bisa memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama dalam sektor-sektor yang bergantung pada pasar Tiongkok.

"Tiongkok itu mitra dagang utama kita. Sehingga yang terjadi dengan Tiongkok tentunya akan berpengaruh ke kita. Risikonya bisa dari ekspor kita yang melambat. Karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat," ujarnya.

Sementar itu Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri memprediksi bakal ada banyak perusahaan yang memiliki basis produksi di China, merelokasi pabriknya ke Indonesia.

"Dengan penerapan tarif 10 persen terhadap China dan juga ada trade war antara Amerika dengan China, itu bukan tidak mungkin basis produksi akan berpindah dari China ke negara-negara yang tidak dikenakan import tarif. Salah satunya Indonesia," kata Chatib, dikutip dari Kumparan.

Chatib yang juga Mantan Menteri Keuangan, menilai Indonesia harus bisa memanfaatkan kesempatan dari relokasi ini. Untuk itu, anggota DEN menyampaikan betapa pentingnya perbaikan iklim investasi kepada Presiden Prabowo Subianto hari ini.

Menurutnya, perbaikan iklim investasi ini harus seiring dengan konsistensi kebijakan dan kepastian usaha sehingga posisi Indonesia bisa diuntungkan dari situasi perang dagang AS dan China.

Dia mengakui, saat ini lebih banyak relokasi basis produksi dari China ke Vietnam. Namun, dia memprediksi Indonesia masih bisa mendapatkan cipratan investasi baru dari perusahaan di China yang ingin ekspor ke AS.

"Mungkin kalau Vietnam nanti terlalu penuh akan lari kepada Indonesia. Jadi ada semacam simulasi yang dilakukan dari perhitungannya itu menguntungkan Indonesia," jelas Chatib.
(*)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Berita terkait
pojokhiburan