POJOKNEGERI.COM - Pemerintah Inggris sedang uring-uringan.
Penyebabnya, inflasi tahunan Inggris yang melonjak hingga 11,1 persen pada Oktober 2022.
Inflasi itu merupakan yang tertinggi dalam 41 tahun terakhir.
Inflasi itu belum membaik dibandingkan inflasi September yang mencapai 10,1 persen.
Penyebab inflasi diketahui akibat kenaikan biaya energi yang makin tinggi, dan harga makanan yang tembus 16,4 persen.
Kepala Ekonom ONS Grant Fitzner mengatakan dalam setahun terakhir, biaya hidup di Inggris meningkat imbas harga gas dan listrik.
Padahal, pemerintah setempat sudah membatasi tagihan sebesar 2.500 poundsterling atau setara dengan Rp46,4 juta (asumsi kurs Rp18.573 per pound).
"Selama setahun terakhir, harga gas telah naik hampir 130 persen sementara listrik naik sekitar 66 persen," kata Grant Fitzner, dilansir dari CNN, Rabu (16/11).
Sementara itu, Gubernur Bank of England (BOE) Andrew Bailey mengungkapkan pihaknya telah menaikkan suku bunga terbesar dalam 33 tahun terakhir.
Lebih jauh, ONS mengungkapkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga Inggris meningkat 2 persen di rentang September-Oktober. Kenaikan tersebut sama besar seperti kenaikan pada periode Januari hingga Juni 2021.
Data ONS menyebutkan ekonomi Inggris makin menyusut pada kuartal III 2022. Proyeksi terbaru BoE adalah resesi berlanjut hingga paruh pertama 2024.
Melihat latar belakang suram ini, Menteri Keuangan Inggris Jeremy Junt berencana mempresentasikan anggaran pemerintah.
Muncul kemungkinan ia akan mengumumkan kenaikan pajak dalam jumlah besar dan pemotongan belanja dalam rangka mengurangi utang jangka menengah.
Kantor Penanggung Jawab Anggaran selaku pengawas fiskal Inggris memprediksi utang pemerintah akan mendekati 100 miliar poundsterling atau Rp1.857 triliun (U$119 miliar) pada 2026-2027.
Jumlah itu lebih banyak 70 miliar poundsterling atau sekitar Rp.1300 triliun dari perkiraan pada Maret.
(redaksi)