POJOKNEGERI.COM - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan PDIP bisa memenangkan pemilihan legislatif tiga kali berturut-turut meski dilukai sosok yang dibesarkan partai.
Hasto mengatakan Laporan Kepada Rakyat yang disampaikan dalam rapat kerja nasional atau Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V pekan lalu membawa pesan bahwa PDIP menyatu dengan rakyat.
Menurut Hasto, laporan tersebut memamerkan bukti bahwa PDIP secara konsisten bersama rakyat.
“Partai bisa menang tiga kali berturut-turut meski tubuh penuh luka akibat ‘dibakar’ oleh sosok yang pernah dibesarkan oleh seluruh arus bawah dan elit partai,” ucap Hasto Kristiyanto.
Hasto mengatakan PDIP memang belum menentukan sikap dalam Rakernas.
Sikap politik PDIP akan dibahas dalam Kongres VI yang akan digelar pada 2025.
Kendati demikian, apa yang disampaikan dalam pidato politik dalam Rakernas lebih penting dari sekadar sikap politik partainya.
Ia mengatakan pesan yang disampaikan Rakernas adalah bagaimana PDIP menaruh perhatian pada memburuknya demokrasi dan berbagai persoalan negara akhir-akhir ini.
Dalam pidatonya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyindir sejumlah kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Putri Presiden Sukarno ini juga menyinggung soal intervensi penguasa dalam Putusan Nomor 90 Mahkamah Konstitusi soal batas usia kandidat pilpres.
Putusan ini menjadikan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres Prabowo Subianto.
Megawati mengkritik soal menumpuknya utang pemerintah dalam pidato politik hingga menyinggung kebijakan impor pada acara penutupan.
Kader PDIP sempat meneriakan nama ‘Jokowi’, saat Megawati menanyakan siapa yang harus disalahkan dalam kondisi MK saat ini.
Menyitir cendekiawan muslim Indonesia, Sukidi, Megawati menyinggung fenomena kepemimpinan paradoks yang memadukan populisme dan machiavelli di Indonesia saat ini.
Ia menyinggung autocratic legalism yang menjadikan hukum menjadi alat, bahkan pembenar dari ambisi kekuasaan itu.
"Dalam karakternya yang seperti ini, hukum pun dijadikan pembenar atas tindakannya yang sepertinya memenuhi kaidah demokrasi," tegas Megawati Soekarnoputri.
Belakangan PDIP juga tidak menganggap Jokowi sebagai kader imbas dukungan terhadap Prabowo di Pilpres 2024.
PDIP dalam rekomendasi Rakernas V meminta maaf ada kader tidak junjung etika serta melakukan pelanggaran konstitusi dan demokrasi.
Jokowi enggan mengomentari soal sindiran Megawati dalam pidato penutupan rakernas PDIP.
“Saya kira itu adalah internal partai, PDI Perjuangan,” ujar Jokowi.
Jokowi, yang sebelumnya merupakan kader PDIP, pecah kongsi dengan partainya akibat perbedaan pilihan politik di Pilpres 2024.
Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto.
Sementara PDIP mengusung bekas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Akibat hubungan renggang ini, Megawati dan Jokowi belum bertemu. (*)