POJOKNEGERI.COM - Pembangunan Pasar Pagi Samarinda menjadi salah satu proyek Pemerintah Samarinda dalam mendukung peningkatan fasilitas perdagangan dan kenyamanan bagi masyarakat.
Direncanakan rampung pada 2025, Pasar Pagi baru ini mengusung desain modern dengan fasilitas lebih lengkap, memberikan harapan baru bagi para pedagang dan pembeli. Namun, di balik kemajuan pembangunannya yang telah mencapai 80 persen, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dikelola dengan baik.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Desy Damayanti, mengungkapkan bahwa meskipun secara struktur fisik bangunan hampir selesai penyelesaian pada aspek interior dan penataan kios masih memerlukan koordinasi lebih lanjut.
“Progres secara kontrak memang sesuai jadwal, tetapi untuk penggunaan oleh pedagang belum bisa dilakukan karena masih perlu pengaturan lebih lanjut, terutama untuk penataan kios dan interiornya,” ujar Desy.
Ia menjelaskan bahwa struktur utama bangunan pasar sudah selesai dan siap digunakan. Namun, tantangan berikutnya adalah melengkapi interior dan penataan kios, yang menjadi bagian penting untuk memastikan pasar ini siap beroperasi.
“Atapnya sudah selesai tetapi untuk pemindahan pedagang belum memungkinkan. Saat ini kami masih menunggu koordinasi dengan Dinas Perdagangan terkait penempatan pedagang di setiap lantai,” jelasnya.
Ia mengungkan bahwa untuk penataan interior, kemungkinan akan ada tambahan anggaran, mengingat kontrak awal tidak mencakup rincian interior secara lengkap.
“Bangunan ini dibuat berdasarkan desain terbuka sesuai standar fasilitas umum. Nantinya, kami akan bekerja sama dengan Dinas Perdagangan untuk mengatur ulang desain kios dan ruang sesuai kebutuhan pedagang,” tuturnya.
Pembangunan Pasar Pagi Samarinda bertujuan untuk memberikan fasilitas modern bagi masyarakat. Namun, penerapan fasilitas seperti pendingin udara (AC) masih menjadi perdebatan. Desy menjelaskan bahwa konsep pasar umum berbeda dengan pusat perbelanjaan atau mall yang menggunakan AC.
“Pasar yang dibangun pemerintah memiliki standar yang berbeda jika ingin menggunakan AC, maka konsepnya harus disesuaikan dengan perencanaan awal dan perhitungan biaya sewa,” ujarnya.
Ia juga membandingkan dengan Pasar Segiri yang dikelola oleh investor swasta, di mana pengelolaannya berbeda, terutama dalam menetapkan tarif sewa kios pasar Pagi Samarinda dirancang untuk tetap terjangkau bagi pedagang kecil, sehingga fasilitasnya lebih disesuaikan untuk kebutuhan umum, bukan mewah seperti pusat perbelanjaan.
Meski menghadapi tantangan dalam penataan kios dan interior, Desy optimistis proyek ini dapat selesai sesuai target.
“Kami tetap fokus pada penyelesaian struktur dan penyesuaian interior secepat mungkin koordinasi lintas dinas akan terus dilakukan agar pasar ini dapat segera digunakan oleh masyarakat,” katanya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menghadirkan fasilitas perdagangan yang lebih baik bagi masyarakat tanpa membebani pedagang dengan biaya sewa yang tinggi.
“Pasar ini dirancang sebagai fasilitas umum yang terjangkau, sehingga semua masyarakat bisa merasakan manfaatnya,” ungkapnya.
Pembangunan Pasar Pagi Samarinda tidak hanya diharapkan memberikan wajah baru bagi kawasan tersebut, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Pasar ini diproyeksikan dapat menampung lebih banyak pedagang dengan tata letak yang lebih rapi dan modern, menciptakan lingkungan yang nyaman baik untuk pedagang maupun pembeli.
(*)