POJOKNEGERI.COM - Masih ingat dengan sosok Saddam Hussein?
Saddam Hussein adalah Presiden Irak yang tersohor, memimpin sejak 1979-2023.
Dalam riwayatnya, dia memiliki akhir kehidupan yang cukup tragis dengan cara eksekusi mati.
Lantas, hal apakah sebenarnya yang mendasari Saddam mendapat hukuman mati ini?
Saddam Hussein lahir dari keluarga miskin di Tikrit, 100 mil di luar Baghdad pada tahun 1937.
Sejak remaja, dia diketahui telah bergabung dengan Partai Baath.
Mengutip laman History, dilansir dari Sindonews.com, Selasa (21/2/2023), Saddam telah banyak berpartisipasi dalam berbagai upaya kudeta di negaranya.
Pada Juli 1968, dia berhasil mengantarkan sepupunya ke tampuk kekuasaan Irak.
Sekitar 11 tahun berselang, Saddam berhasil naik tahta dan menjadi penguasa Irak.
Namun, pada era pemerintahannya cukup banyak rakyatnya yang menghadapi kemiskinan, sementara dirinya hidup dalam kemewahan.
Pada tahun 1980-an, dia melibatkan negaranya untuk berperang dengan Iran.
Diperkirakan pada perang tersebut lebih dari satu juta jiwa di kedua pihak menjadi korban.
Tak hanya itu, Saddam juga diduga telah menggunakan senjata terlarang selama berlangsungnya perang.
Sepanjang tahun 1990-an, Irak terus mendapat sanksi ekonomi PBB dan dugaan terkait produksi senjata pemusnah massal.
Dengan berbagai tuduhan tersebut, Amerika Serikat kembali melakukan invasi ke Irak pada Maret 2003.
Berbulan-bulan hidup dalam pelarian, Saddam ditangkap pada 13 Desember 2003.
Pada akhirnya, 5 November 2006 Hakim Ketua Rauf Rasheed Abdel Rahman menjatuhkan hukuman mati untuk Saddam.
Dalam pengadilan, dia dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan selama memerintah Irak.
Hukuman gantung dilakukan di bekas markas intelijen militer Baghdad pada 30 Desember 2006.
Penasihat Perdana Menteri Irak Sami al-Askari yang saat itu turut menyaksikan eksekusi mengatakan bahwa Saddam tetap bersikap tenang di saat-saat terakhirnya.
Dia tidak mengungkapkan penyesalan.
Pada salah satu permintaannya, dia ingin Alquran yang dibawanya ke tiang gantungan untuk diberikan kepada seorang teman.
Tak hanya itu, dia juga sempat mengucapkan beberapa kata sebelum benar-benar dieksekusi.
"Sebelum tali dililitkan di lehernya, Saddam berteriak. 'Tuhan Maha Besar’. Bangsa ini akan menang dan Palestina adalah Arab'," ujar Askari kepada Associated Press seperti dikutip, Selasa (21/2/2023).
(redaksi)