POJOKNEGERI.COM - Fenomena spirit doll atau boneka arwah mulai ramai di Indonesia.
Ini tak lepas dari beberapa kalangan artis yang sudah tak malu-malu menunjukkan spirit doll mereka.
Lantas, darimana spirit doll atau boneka arwah bermula?
Tim redaksi pojoknegeri.com himpun informasi itu dari beberapa sumber.
Boneka arwah atau sipirit doll dipercaya bermula dari Thailand.
Asal usul itu bermuka dari sebuah nama, yakni "luk thep'.
"luk thep", secara harfiah diterjemahkan sebagai "malaikat anak" dan orang-orang percaya bahwa mereka membawa keberuntungan dan mereka dimanjakan oleh pemiliknya seolah-olah mereka adalah anak-anak.
Setelah membeli boneka, pemiliknya membawa boneka itu ke seorang biksu yang melakukan doa dan upacara ritual yang dikenal sebagai "plook sek".
Doa semacam itu biasanya digunakan untuk memberkati jimat keberuntungan, yang juga populer di Thailand, di mana kepercayaan kuno tentang sihir masih lazim.
Dalam kasus "luk thep", sering dianggap sebagai cara menghidupkan boneka itu, di mana roh pengembara diundang untuk menghuninya dan memberinya jiwa.
"Putri saya ingin adik dan teman. Di sekolahnya, teman-temannya juga memiliki luk... jadi putri saya ingin memiliki seperti yang dimiliki teman-temannya," kata salah satu pembeli.
Antropolog Asama Mungkornchai dari Universitas Pangeran Songkla di Pattani mengatakan bahwa boneka itu tampaknya sangat populer di kalangan wanita kelas menengah, dan dapat "memenuhi kebutuhan menjadi ibu".
Tetapi juga menjadi masalah bagi kalangan kelas bawah dan menengah yang tak memiliki cukup uang untuk memiliki boneka itu.
Ada beberapa teori berbeda tentang asal usul Luk Thep, dengan beberapa asumsi bahwa Luk Thep adalah versi terbaru dari Kuman Thong.
Kuman Thong adalah janin yang telah meninggal sebelum dilahirkan yang disimpan dan diyakini membawa arwah anak yang telah meninggal.
Yang lain percaya bahwa tradisi Luk Thep terkait dengan tingkat kesuburan yang rendah di Thailand, karena wanita Thailand paruh baya paling sering membawa boneka suci ini.
Keyakinan umum lainnya adalah bahwa karena iklim ekonomi yang menantang di Thailand pada tahun 2016 ketika tradisi itu lahir, warga Thailand membutuhkan sesuatu untuk dipegang (secara harfiah).
Namun, konsensus lebih mengarah pada budaya Luk Thep yang terkait dengan perpaduan kepercayaan Buddha yang kuat di Thailand dan pengaruh dari Hinduisme, animisme, dan tradisi pemujaan objek.
(redaksi)