POJOKNEGERI.COM - Sebagai orang nomor 1 di Republik ini, ternyata tidak membuat Presiden Joko Widodo terbebas dari berbagai ancaman.
Presiden Jokowi menuturkan pernah mendapatkan ancaman dari pihak asing terkait dengan sejumlah kebijakan yang dikeluarkannya.
Salah satu ancaman yang dirasakannya yakni ketika ia ingin Indonesia menguasa 51 % PT Freeport Indonesia beberapa tahun lalu.
Presiden Jokowi mengisahkan bahwa dirinya diingatkan oleh berbagai pihak atas ancaman yang bisa saja menimpa dirinya saat Indonesia hendak menguasai saham 51% PT Freeport Indonesia itu
"Kita mendapatkan 51% apa mudah, butuh nyali juga. Wah nanti ini akan apa, dari intelijen negara mana bergerak, Bapak akan jatuh, karena ini ini ini, wah bayangkan," ucap Jokowi.
Namun, Jokowi menyebut dirinya tidak pernah membayangkan ancaman-ancaman yang mungkin akan menimpa dirinya.
Alih-alih tertekan karena ancaman, Jokowi justru mengatakan bahwa Indonesia bahkan meraup keuntungan setelah mengakusisi saham PT Freeport Indonesia.
Jokowi menyebut, 70% pendapatan Freeport kini masuk ke kas negara.
Jokowi menuturkan, dulu 50 tahun Indonesia hanya memiliki 9%.
Pendapatan tersebut masuk dalam kas negara dalam bentuk pajak, baik pajak badan, Pajak Penghasilan (PPh) karyawan, royalti, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga dividen.
Perlu diketahui, pemegang 48,77% saham PT Freeport Indonesia, Freeport-McMoran Inc., mencatatkan pendapatan US$ 22,78 miliar atau setara Rp 341,70 triliun, dengan asumsi kurs Rp 15.000 per US$, sepanjang tahun 2022.
Melansir data laporan keuangan Freeport-McMoran, 37% dari total pendapatan tersebut berasal dari operasi di Indonesia yang nilainya mencapai Rp US$ 8,43 miliar (Rp 126,39 triliun).
Angka tersebut setelah dikurangi biaya royalti, bea ekspor dan biaya-biaya lainnya.
Royalti dan bea ekspor Freeport untuk operasi di Indonesia tercatat masing-masing sebesar US$ 357 juta (Rp 5,36 triliun ) dan US$ 307 juta (Rp 4,61 triliun).
Total pendapatan operasi Freeport di Indonesia sebelum penyesuaian mencapai US$ 9,39 miliar (Rp 140,84 triliun).
Pendapatan dari penjualan tembaga tercatat US$ 6,02 miliar, penjualan emas US$ 3,24 miliar dan penjualan perak US$ 134 juta.
Pada 2018 lalu Indonesia resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia sebesar 51,23% melalui Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertambangan MIND ID atau sebelumnya atas nama PT Inalum (Persero).
Adapun nilai akuisisi untuk menjadi pemegang saham mayoritas Freeport ini mencapai US$ 3,85 miliar atau setara Rp 55,8 triliun saat itu.
Akuisisi ini menandai peningkatan kepemilikan Indonesia di PTFI dari semula hanya 9,36% menjadi 51,23%.
Namun demikian, biaya RI untuk mengakuisisi 41,87% saham Freeport McMoran (FCX) di PT Freeport Indonesia senilai US$ 3,85 miliar pada 2018 lalu diperkirakan akan balik modal pada 2024, lebih cepat dari perkiraan awal yakni pada 2025.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan bisa lebih cepatnya pengembalian biaya akuisisi MIND ID atas saham Freeport ini dipicu oleh lonjakan harga tembaga, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Tony menyebutkan, mulanya perusahaan memperkirakan harga tembaga sekitar US$ 3,75 per pon.
Namun, ternyata saat ini harga tembaga sudah menembus hingga US$ 3,8 per pon, dan nantinya diperkirakan masih akan terus naik hingga US$ 4 per pon.
Dengan begitu, pendapatan PTFI akan semakin melonjak dan dividen yang bisa diberikan kepada MIND ID bisa semakin besar.
Seperti diketahui, dengan akuisisi tersebut, Indonesia melalui MIND ID atau Inalum telah menjadi pemegang saham mayoritas yakni 51,23% saham di PTFI dari sebelumnya hanya 9,36%.
(redaksi)