POJOKNEGERI.COM - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membeber penyebab pasukannya tidak menggunakan alat perlengkapan militer dan mengerahkan pasukan khusus untuk mengepung dan menyelamatkan pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens (37) dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Kendati demikian, TNI dipastikan tetap terlibat dan berupaya untuk membebaskan sandera dari KKB Papua.
“Operasi tetap jalan terus penyelamatan sandera itu, karena kita tetap menjaga supaya masyarakat sipil tidak terlibat dan kena," ujar Yudo Margono usai upacara gaktib dan yustisi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (8/3/2023), dilansir dari Kompas.com.
"Kalau operasi serentak itu khawatirnya penduduk akan kena karena mereka (KKB) ini kan bersama-sama dengan penduduk,” katanya lagi.
Yudo Margono kemudian mengungkapkan bahwa KKB berpindah-pindah dan membaur dengan warga lokal sehingga menyulitkan.
Ia lantas meminta masyarakat bersabar terkait pembebasan pilot Philips.
Terlebih, kata Yudo Margono, pencarian pilot Philips bukanlah operasi militer, melainkan operasi penegakan hukum.
“Kita tidak mau masyarakat menjadi korban hanya gara-gara ini, sehingga ya harus sabar, menyelesaikan ini tidak langsung “des”. Ini bukan operasi militer. Ingat, ini bukan operasi militer,” ujar Yudo.
“Saya mempunyai prajurit bermampuan khusus, mempunyai alutsista yang bisa menyelesaikan itu, kalau harus menyelesaikan, tapi ini bukan. Ingat ini adalah operasi penegakan hukum sehingga tetap mengedepankan hukum,” katanya lagi.
Diketahui, Philips yang merupakan warga Selandia Baru, disandera KKB setelah pesawat yang dipilotinya dibakar di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya pada 7 Februari 2023.
Saat itu, pesawat tersebut mengangkut lima penumpang yang merupakan orang asli Papua (OAP).
Sebenarnya, Philips dan kelima OAP sempat melarikan diri ke arah yang berbeda.
Belakangan diketahui kelima OAP telah kembali ke rumah masing-masing.
Sementara Philips masih disandera hingga saat ini.
(redaksi)