POJOKNEGERI.COM - Kematian dokter spesialis paru di Nabire, Mawartih Susanty masih menyisakan tanda tanya.
dr Mawartih Susanty adalah dokter spesialis paru yang ditemukan meninggal di rumah dinas RSUD Nabire, Papua Tengah, Kamis (13/3/2023) lalu.
Dalam perjalanannya, kematian dr Mawartih Susanty juga menyisakan tanda tanya besar seputar beberapa kejanggalan yang diungkap pihak terdekat.
Seperti disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Papua, dr Hendra Sihombing, mengaku mendapati adanya kejanggalan dibalik meninggalnya dr Mawartih Susanty.
Seperti misalnya, ditemukan dari kondisi mayat Mawartih yang terdapat luka lebam.
"Informasi yang saya dapatkan seperti itu (ada kejanggalan)," kata dr Hendra Sihombing kepada wartawan seusai melayat di rumah duka Jl Mannuruki II, Lorong I, Kecamatan Tamalate, Makassar, Senin (13/3/2023) siang.
"Ada lebam bahkan dari pihak keluarga menyampaikan badan itu punggung belakang biru, ada darah di leher dan ada beberapa tulang rusak yang patah," ucapnya.
Meski demikian, pihaknya mengaku tetap menunggu hasil otopsi yang dilakukan Biddokkes Polda Sulsel.
"Kami sangat berharap kepada aparat penegak hukum untuk segera menyelesaikan kasus ini untuk mendapatkan titik terang penyelesaian yang terbaik," ujar dr Hendra.
Pun jika terbukti adanya dugaan kasus pembunuhan dibalik kematian dokter asal Makassar itu, dr Hendra meminta pelaku segera ditangkap.
"Dan pelaku segera ditangkap dan diproses sesuai dengan UU dan hukum yang berlaku di NKRI," tegasnya.
Sosok Mawartih Susanty
Dari akun Linkedin-nya, dr Mawartih Susanty diketahui selesaikan S1 kedokteran dari Universitas Hasanuddin pada 2004.
Kemudian, ia menempuh pendidikan spesialis Pulmonologi dan Ilmu Respirasi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Sementara itu, menurut keterangan Ketua IDI Cabang Nabire Dr. Oktovianus Saranga, SpOG, dr Mawartih sudah berdinas sejak 5 tahun lalu di Nabire.
Tidak hanya sebagai dokter spesialis paru satu-satunya di Nabire, dr Mawartih diketahui banyak berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan edukasi yang diadakan oleh IDI maupun pemerintah setempat.
"Beliau juga dikenal ramah dan selalu menolong orang. IDI Nabire siap membantu penyelidikan penyebab meninggalnya beliau," ungkap dr Oktovianus.
(redaksi)