POJOKNEGERI.COM - Saling klaim mulai mewarnai dinamika pencalonan calon presiden jelang Pemilu 2024.
Belum lama ini Ketua Ketua Umum Perindo Hary Tanoe kena "semprot" tokoh Tionghoa.
Ketua Dewan Penasehat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Jusuf Hamka membantah klaim Hary Tanoe soal masyarakat Tionghoa akan mendukung calon presiden yang dijagokan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2024.
Sebagai orang Tionghoa, Jusuf mengatakan tidak pernah memberikan kuasa untuk mengatakan bahwa masyarakat Tionghoa diwakili oleh seseorang untuk mendukung capres tertentu.
Menurutnya, masyarakat Tionghoa tersebar di berbagai partai politik, sehingga tidak mungkin masyarakat Tionghoa ingin diwakili oleh seseorang saja.
Jusuf juga mengaku telah berbicara via telepon dengan Ketua Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Wilianto Tanta guna mengklarifikasi klaim yang telah dilayangkan sebelumnya.
Wilianto mengaku tak pernah memberikan kuasa kepada Hary Tanoe untuk mengeluarkan pernyataan atas nama PSMTI.
Terlebih, PSMTI tersebut merupakan organisasi sosial, bukan politik.
"Saya marahi ketua PSMTI 'Kamu jangan pakai-pakai nama warga Tionghoa'. Dia (Wilianto) minta-minta maaf, bukan dia, dan dia tidak juga pernah memberikan wewenang kepada Hary Tanoe untuk bicara atas nama PSMTI walaupun dia (Hary) penasehat," ucap pengusaha asal Samarinda itu.
Kendati demikian, Ia menekankan tetap menghormati Jokowi.
Namun, tidak benar bahwa masyarakat Tionghoa akan mengikuti pilihan Jokowi di Pilpres 2024.
"Pernyataan yang telah disampaikan Hary Tanoe itu ngawur dan membuat resah masyarakat Tionghoa," imbuhnya.
Lebih lanjut, Jusuf Hamka meminta agar politikus-politikus Tionghoa untuk tidak mengklaim ataupun menyeret masyarakat Tionghoa dalam kegiatan berpolitik jelang Pilpres 2024.
Sementara itu, pengamat politik Indonesia, Rocky Gerung juga tidak tinggal diam dengan pernyataan yang dilontarkan Hary Tanoe.
Rocky Gerung menilai Hary Tanoe terlalu gembira untuk melakukan klaim tersebut.
Dalam diskusi bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, Rocky juga mengatakan bahwa 7 juta warga Tionghoa yang diklaim oleh Hary Tanoe itu juga ada klasifikasinya.
Kemungkinan, kata Rocky, Hary Tanoe berpikir untuk menemui Jokowi, lalu menemui Prabowo, sehingga sinyal dia sebagai salah satu tokoh masyarakat China akan mempunyai gerbong untuk masuk dalam politik.
Rocky menyebut klaim Hary Tanoe sebagai kecelakaan kalimat.
“Itu sebetulnya kecelakaan kalimat," tutur Rocky.
Lanjut Rocky menjelaskan, saat ini keadaan Indonesia masih dalam situasi yang terbelah dan isu sensitif tentang etnis China.
Mestinya politisi berhati-hati dalam berbicara, terlebih yang berkaitan dengan isu sara.
Jangan karena sedang euforia, merasa sedang di atas, bergaul dengan pusat-pusat kekuasaan, malakukan klaim sepihak.
Rocky berharap ada koreksi yang lebih kuat, terutama dari Perindo, supaya orang merasa bahwa ini permainan politik, bukan permainan ethnicity.
Dengan demikian, opini publik tidak terbentuk bahwa seolah-olah ada infiltrasi atau ada penempatan komunitas China di beberapa capres, karena dianggap bahwa komunitas China isinya adalah modal dan kapital.
(redaksi)