POJOKNEGERI.COM - Di negara-negara maju, ada persoalan yang mulai muncul yakni resesi seks.
Ini berlaku juga pada Jepang, salah satu negara yang diberitakan mengalami resesi seks paling besar.
Istilah resesi seks mengacu pada kondisi rendahnya angka perkawinan dan keengganan untuk berhubungan seks.
Hal ini kemudian memicu penurunan angka kelahiran di sebuah negara.
Dalam sebuah laporan resmi terbaru, angka pria dan wanita di Jepang yang tidak ingin menikah telah memecahkan rekor terbaru pada tahun 2021.
Dalam rilis terbaru Institut Nasional Kependudukan dan Jaminan Sosial, ditemukan bahwa 17,3% pria dan 14,6% wanita berusia antara 18 dan 34 tahun di Jepang mengatakan mereka tidak berniat untuk menikah.
Angka ini merupakan yang tertinggi sejak kuesioner pertama kali dilakukan pada tahun 1982.
Penurunan jumlah pernikahan memiliki konsekuensi terhadap tingkat kelahiran Jepang. Diketahui, negara itu telah mengalami pertumbuhan penduduk yang negatif sehingga mengancam perekonomiannya di masa depan.
"Pemerintah Jepang telah bekerja untuk meningkatkan angka kelahiran dengan mencoba membantu mereka yang ingin menikah atau memiliki anak untuk memenuhi aspirasi mereka," kata seorang profesor sosiologi di Universitas Chukyo, Shigeki Matsuda, kepada surat kabar Mainichi Shimbun, dikutip Kamis, (15/9/2022).
"Tetapi jika jumlah orang yang tidak ingin menikah terus meningkat, pemerintah akan dipaksa untuk meninjau kembali kebijakannya, dan itu dapat menyebabkan penurunan kesuburan lebih lanjut."
Dalam laporan media Inggris The Guardian, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini termasuk keinginan yang berkembang di kalangan wanita muda pekerja untuk menikmati kebebasan dengan menjadi lajang dan berkarir.
Pria mengatakan mereka juga menikmati menjadi lajang, tetapi juga menyuarakan keprihatinan atas keamanan pekerjaan dan kemampuan mereka untuk menafkahi keluarga.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)