POJOKNEGERI.COM - Dajjal merupakan makhluk paling berbahaya, bahkan kemunculannya menjadi tanda datangnya hari kiamat.
Nabi Muhammad SAW pernah memberitahukan lokasi persembunyian Dajjal.
Lantas, di manakah saat ini Dajjal berada?
Dilansir dari Detik.com. mengutip buku Fitnah dan Petaka Akhir Zaman oleh Abu Fatiah al-Adnani, para ulama memiliki perbedaan pendapat tentang keberadaan dan penciptaan Dajjal, apakah ia telah diciptakan atau belum.
Meski hanya Allah SWT yang tahu persis, tetapi jumhur ulama meyakini bahwa Dajjal telah ada dan tengah dikurung di suatu tempat hingga waktu kemunculan nanti.
Mengenai keberadaan Dajjal saat ini, dinukil dari buku Kiamat: Tanda-tandanya Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi oleh Manshur Abdul Hakim, Nabi SAW pernah menyebut bahwa makhluk itu berlokasi di suatu pulau, sekitar Laut Yaman.
Kabar tentang tempat berdiam dirinya Dajjal ini diketahui dalam sebuah hadits dari Fatimah binti Qais, yang menceritakan bahwa seorang sahabat nabi yakni Tamim Ad-Dari pernah bertemu Dajjal dan Al-Jassasah pada masa Rasulullah.
Ketika itu, Dajjal sedang dibelenggu kedua tangan hingga lehernya, sementara kedua lutut sampai mata kakinya terikat dengan rantai besi.
Masih dari buku Kiamat: Tanda-tandanya Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi, hadits mengenai Tamim Ad-Dari ini dikenal oleh kalangan ulama dengan sebutan 'hadits al-Jasaasah'. Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyraath us-Saa'ah, Bab 'Ibnu Shayyaad'.
"Dari 'Amir bin Syarahil bahwa dia bertanya kepada Fatimah binti Qais, saudari Adh-Dhahhak bin Qais, wanita itu termasuk orang yang berhijrah pertama kali. Fathimah berkata,
"Aku mendengar suatu seruan untuk menunaikan sholat berjamaah. Kemudian aku berangkat ke masjid untuk mendirikan sholat bersama Rasulullah. Aku berada di barisan kaum wanita yang letaknya di belakang kaum laki-laki. Seusai sholat, Rasulullah duduk di mimbar sambil tertawa, lalu bersabda:
"Setiap orang hendaknya diam di tempatnya masing-masing. Tahukah kalian, mengapa aku mengumpulkan kalian sekarang?"
Kaum muslim kala itu menjawab, 'Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.'
"Aku bukan mengumpulkan kalian karena untuk memotivasi atau memberi peringatan. Aku mengumpulkan kalian karena Tamiim Ad-Daari, yang dulunya merupakan seorang penganut Nasrani, datang ke sini dan masuk Islam. Dia menceritakan kepadaku sesuatu yang pernah aku sampaikan kepada kalian mengenai al-Masih ad-Dajjal."
Nabi SAW melanjutkan, "Dia bercerita bahwa dirinya bersama 30 orang dari suku Lakhm dan Jadzam, berlayar dengan sebuah kapal. Mereka dipermainkan ombak besar selama satu bulan di tengah laut . Kemudian mereka berlabuh ke sebuah pulau di tengah laut, hingga matahari tenggelam."
Lanjut Rasulullah, "Mereka duduk-duduk di dekat kapal, kemudian memasuki pulau itu. Mereka bertemu seekor binatang besar yang berbulu lebat, sedemikian lebatnya bulu hewan tersebut sehingga mereka tidak dapat membedakan mana bagian depan dan mana yang belakang. Mereka bertanya, 'Siapa kamu?'
Binatang itu menjawab, 'Aku adalah al-Jassaasah (mata-mata).'
Mereka bertanya, 'Apakah al-Jassaasah itu?'
Dia menjawab, 'Wahai orang-orang. Temuilah orang yang ada di dalam gua itu, sebab dia sangat menanti-nantikan berita dari kalian.'
Tamim berujar, 'Ketika binatang itu menyebut keberadaan seseorang, kami khawatir, jangan-jangan binatang tersebut adalah setan. Kami pun cepat-cepat pergi memasuki gua. Dan ternyata di dalamnya kami lihat ada seorang manusia bertubuh sangat besar, merupakan pria terbesar yang pernah kami lihat dan paling kuat ikatannya. Tangannya terbelenggu ke lehernya. Kedua kakinya juga terikat dengan besi.'
Mereka lalu bertanya, 'Apa sebenarnya kamu ini?'
Dia menjawab, 'Kalian telah mendapat kabar tentang aku. Siapa kalian ini?'
Mereka menjawab: 'Kami adalah bangsa Arab. Kami berlayar dengan kapal. Kami dipermainkan ombak yang sangat besar selama sebulan. Lalu kami berlabuh ke pulaumu ini. Kami duduk-duduk tidak jauh dari kapal kami. Lalu kami memasuki pulau dan bertemu seekor hewan yang berbulu sangat lebat, dan dia menyuruh kami untuk mendatangi istana ini karena orang yang di dalamnya sangat ingin mendengar berita dari kami. Kami segera menemuimu di sini, padahal kami tidak tahu apakah kamu setan atau bukan.'
Lelaki tersebut bertanya, 'Ceritakanlah kepadaku tentang Nukhail Bisan (sebuah kampung di Syam, tepatnya Palestina, sebelah sungai Thabriyah).'
Kami bertanya, "Apanya yang kamu tanyakan?'
Dia kembali bertanya, 'Aku bertanya tentang kurmanya, apakah berbuah?'
Kami jawab, 'Ya, masih berbuah.'
Dia berkata, 'Ketahuilah, kurma di sana nanti tidak berbuah.'
Dia berkata lagi, 'Lalu bagaimana keadaan Danau Thabariyyah?'
Kami balik bertanya,'Apanya yang ingin kamu ketahui?'
Pria itu bertanya,'Apakah danau itu ada airnya?'
Kami menjawab, 'Ya, airnya berlimpah.'
Dia berkata, 'Air danau itu nanti akan habis.'
Lelaki itu bertanya, 'Lalu bagaimana dengan mata air Zughar?'
Kami bertanya, 'Apanya yang kamu tanyakan?'
Dia menjawab, 'Apakah mata air tersebut memancarkan air? Dan apakah penduduk di sana bercocok tanam dengan memanfaatkan air dari mata air itu?'
Kami menjawab, 'Ya. Airnya banyak, dan penduduk di sana bercocok tanam dengan airnya.'
Dia bertanya, 'Ceritakanlah kepadaku, apa yang dilakukan oleh nabi yang diutus kepada bangsa yang buta huruf (bangsa Arab)?'
Kami menjawab, 'Dia telah keluar dari Mekah, dan tinggal di Yatsrib.'
Pria itu bertanya, 'Apakah orang-orang Arab memeranginya?'
Kami menjawab, 'Ya.'
Tanya dia kembali, 'Bagaimana dia melawan mereka?"
Kami menjawab, 'Dia telah menang atas orang-orang Arab, dan sekarang mereka tunduk, taat kepadanya.'
Dia berkata, 'Begitukah?'
Kami berkata, 'Ya, memang begitu.'
Dia berkata, 'Ketahuilah, memang lebih baik mereka menaatinya.'
Lelaki itu melanjutkan, 'Sekarang aku beri tahu kalian tentang diriku. Aku adalah al-Masiih. Telah hampir tiba waktunya aku diizinkan keluar. Kalau aku telah keluar, aku menjelajahi bumi, tidak satu pun perkampungan yang tidak aku singgahi selama empat puluh hari, kecuali Makkah dan Thayyibah (Madinah). Kedua kota itu diharamkan bagiku memasukinya. Setiap kali aku mau memasuki keduanya, aku dihadang malaikat yang memegang pedang terhunus, menghalangiku memasukinya. Di setiap jalan dari kedua kota itu terdapat malaikat yang menjaganya.'
Fatimah berkata, 'Sambil menekan tongkatnya pada mimbar, Rasulullah bersabda, "Ini (yakni Madinah) adalah Thayyibah. Ini adalah Thayyibah. Bukankah sebelumnya aku telah menyampaikan hal itu kepada kalian?"
Orang-orang muslim pada saat itu menjawab, 'Benar!'
(redaksi)