POJOKNEGERI.COM - Podcast bertema Ibu Kota Negara (IKN) dan Kepemudaan digelar di kedai kopi Setiap Hari, Jalan Juanda pada Kamis (28/10/2021) malam.
Podcast itu merupakan rangkaian dari event Setiap Hari Call Mural Fest 2021.
Ada tiga pembicara dari podcast itu.
Pertama adalah Hairil Anwar, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda, Buyung Marajo, Koordinator Kelompok Kerja 30, serta Rudiansyah, aktivis 98 asal Kaltim.
Podcast dimoderatori oleh Abdurrahman Amin, Pemimpin Redaksi Samarinda Pos.
Berjalan mengalir, tiga tokoh itu saling beri pendapat terkait progress IKN di Kaltim.
Rudiansyah, mengawali dengan hadirnya IKN, harus bisa disambut dengan baik oleh seluruh pihak di Kaltim, termasuk pemudanya.
"Kita harus sambut itu," ujar Rudiansyah.
Ia sampaikan persoalan kapasitas tokoh-tokoh di Kaltim saat ini sudah tak perlu diragukan. Hanya, Rudiansyah menekankan perlunya ada konsolidasi yang kuat yang bisa dihadirkan para tokoh di Kaltim dalam menyambut IKN.
Konsolidasi para tokoh dianggap penting, karena para tokohlah yang berperan dalam hal kebijakan, visi ke depan, serta arah mau dibawa ke mana Kaltim dengan hadirnya IKN ini.
"Para pemimpin di Kaltim harus sudah memikirkan visi. Harus ada konsolidasi yang kuat, sehingga tidak terpecah-pecah," ujarnya.
Perlunya hal itu dilakukan juga disambut Hairul Anwar, Dosen Unmul Samarinda.
Ia menekankan pada peribahasa, dengan mengibaratkan ada gula ada semut. IKN ia ibaratkan adalah gula yang akan mendatangkan semut di sekitar.
"Persoalannya, semut-semut itu datangnya dari mana-mana. Semut-semut Kaltim bisa nantinya bersaing dengan semut-semut asal Jakarta atau daerah lain. Kita harus bersiap," ujar Cody, demikian Hairul Anwar biasa disapa.
Cody juga mengibaratkan IKN dengan matahari.
"Matahari itu sumber kehidupan. Nah, jika matahari ini sudah dekat dengan kita (Kaltim), maka harusnya sumber kehidupan juga akan lebih hidup. Tetapi, jangan lupa, efek panas dari matahari juga akan dirasakan oleh pihak-pihak yang dekat dengan matahari. Jadi, IKN ini memiliki dua sisi, positif dan negatif," ujarnya.
Banyaknya massa yang akan datang ke Kaltim pun turut disebut ole Buyung Marajo, Ia mengingatkan bahwa dengan adanya IKN, perpindahan orang tak terelakkan terjadi.
"Misalnya satu PNS pindah ke Kaltim, dia bisa membawa suaminya, anak-anaknya atau bahkan keluarganya. Jadi sudah pasti itu membawa banyak massa yang akan berpindah dari ibu kota Jakarta ke Kaltim," katanya.
Kaltim yang dianggap masih santai-santai saja pun disorot. Dikhawatirkan, jika tak ada kejelasan mau seperti apa IKN bagi Kaltim nantinya, maka bisa saja warga lokal kembali akan jadi penonton.
Hal ini disuarakan oleh Abdurrahman Amin.
"Kalau kita melihat persiapan ke IKN, tentu saja harus melihat bagaimana postur anggaran APBD mendukung proses ke IKN itu? Apakah hal itu sudah terlihat jelas ada hal yang mengarah ke sana? Itu yang harus kita amati dari pengambil kebijakan di Kaltim," ucapnya.
Hal-hal berkaitan dengan kesiapan para pemimpin Kaltim ini lah yang kemudian disuarakan oleh Rudiansyah.
Ia meminta agar pihak panitia bisa menghadirkan tokoh-tokoh selevel Gubernur hingga Walikota untuk pembahasan IKN ini. Dalam istilahnya, ngopi untuk membicarakan IKN.
Mengapa? Karena Rudiansyah menganggap tokoh-tokoh itulah, arah IKN bagi Kaltim akan diketahui.
"Bahkan kalau perlu Gubernur, Walikota Samarinda, Walikota Balikpapan, dan Bupati. Mereka dulunya juga anak muda kok. Ada pola progress IKN yang harus masyarakat dapatkan dari level-level pemimpin di Kaltim," ujarnya.
"Mereka lah yang paham akan kebijakan. Mereka punya saluran, Mereka punya jaringan," lanjutnya.
Hal besar perihal mau dibawa ke mana Kaltim ini lah yang ditunggu untuk bisa dihadirkan jelas dalam bentuk visi dan misi oleh para pemimpin Kaltim.
"Misalnya bagaimana, daerah maju itu biasanya ditopang oleh tiga jenis usaha. Pertama adalah jasa, perdagangan, dan industri. Nah, Kaltim belum masuk ke sana. Kita masih pada sektor ekonomi ekstraktif," ujar Cody.
Berlanjut, Rudiansyah sampaikan, mendatangkan level sekelas Gubernur, Walikota, Bupati untuk duduk bareng membahas upaya-upaya sambut IKN ini dianggap penting.
"Ini juga jadi PR bagi media, EO atau panitia acara ini. Kenapa, karena misalnya saat ini media di Kaltim hanya memberitakan seputar 10 kabupaten/ kota, maka ketika IKN tiba, media di Kaltim bisa memberitakan lebih dari 30 provinsi di Indonesia," katanya.
(redaksi)