POJOKNEGERI.COM - Apa hubungannya babi di China yang bisa bikin warga Republik Indonesia (RI) sulit makan tempe.
Bisnis peternakan babi di China disebut-sebut memberi dampak luas.
Tak terkecuali ke Indonesia, termasuk pula ke perajin tahu dan tempe.
Kok bisa?
Hal ini berangkat dari penjelasan Kementerian Perdagangan (Kemendag) terkait masih terus tingginya harga kedelai.
Sebagai informasi, Indonesia saat ini bergantung 80-90% pasokan kedelai impo.
Perajin tahu dan tempe di RI, setidaknya membutuhkan sekitar 3 juta ton kedelai setiap tahunnya.
Hal itu berhubungan dengan China yang dilaporkan melakukan reformasi peternakan babi setelah hancur akibat wabah demam babi Afrika di kisaran pertengahan tahun 2018 dan meluas di seluruh China di tahun 2019.
Perombakan peternakan babi di China itu diperkirakan membutuhkan banyak pasokan kedelai, salah satu bahan baku pakan ternak.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memperkirakan, pada tahun lalu pihaknya memperkirakan produksi kedelai di Argentina dan Brasil akan meningkat. Namun, proyeksi itu diperkirakan akan meleset.
Meleset, dikarenakan diperkirakan kedelai yang dihasilkan dari Argentina dan Brasil itu akan diborong dengan China yang saat ini sedang on fire di industri peternakan babi itu,
"Nah begitu reformasi peternakan babi dibikin, SOP yang bagus maka butuh kedelai banyak untuk pakan babi. Sehingga, China ini memborong kedelainya," kata Oke Nurwan.
Diborongnya kedelai oleh China ini mau tak mau membuat impor kedelai Indonesia akan kesulitan.
"China beralih ke Amerika diborong. Kedelai kita itu untuk tahu tempe biasanya dari Amerika. Karena diborong harga melonjak, ditambah pandemi," ujarnya.
Produksi kedelai Argentina dan Brasil yang turun membuat China beralih membeli dari Amerika Serikat (AS). Sementara, kebutuhan kedelai perajin tahu tempe biasanya dipasok dari AS.
Situasi ini telah membuat industri tempe dan tahu ketar ketir.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia Aip Syarifuddin mengatakan 20% atau 30 ribu perajin tahu dan tempe telah setop produksi.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)