POJOKNEGERI.COM - Fenomena astronomi berupa Gerhana Matahari Hibrida akan terjadi jelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H, tepatnya pada 20 April 2023 mendatang, sekitar pukul 12.00-14.00.
Tahun ini akan terjadi dua gerhana Matahari dan dua gerhana Bulan.
Dilansir dari CNBC, BMKG menuliskan Gerhana Matahari Hibrida terjadi saat Matahari, Bulan, dan Bumi pada satu garis.
Saat itu piringan Bulan lebih kecil dari Matahari dan saat sama dengan Matahari maka bisa teramati dari Bumi atau saat fase puncak.
Gerhana Matahari Hibrida memiliki tiga macam bayangan Bulan, yakni mulai dari antumbra berupa Gerhana Matahari Cincin, Penumbra (terlihat Gerhana Matahari Sebagian), dan wilayah lain terlihat Umbra (Gerhana Matahari Total).
Salah satu yang terjadi saat Gerhana Matahari Hibrida adalah langit berubah jadi gelap seperti malam hari.
Selain itu hewan-hewan nokturnal menjadi terjaga.
Melansir laman Langit Sembilan, Gerhana Matahari Hibrida juga membuat temperatur menjadi lebih sejuk.
Terakhir adalah dampak pada mata jika melihat gerhana dengan mata telanjang.
Sebenarnya pengamatan bisa dilakukan tanpa alat saat Gerhana Matahari Total terjadi.
Namun saat proses piringan Bulan meninggalkan Matahari, tidak boleh dilihat dengan mata telanjang dan harus menggunakan kacamata Matahari, teleskop atau binokuler.
Pada 2023, terdapat empat gerhana yang terjadi.
Namun hanya tiga saja yang bisa diamati di Indonesia.
Setelah Gerhana Matahari Hibrida 20 April mendatang, akan ada Gerhana Bulan Penumbra.
Gerhana tersebut terjadi pada 5-6 Mei 2023 mendatang.
Berikutnya adalah Gerhana Bulan sebagian 29 Oktober 2023.
Akun Instagram Lapan menuliskan Gerhana Matahari Cincin akan terjadi pada 15 Oktober 2023.
Namun, Indonesia tidak bisa mengamatinya karena tidak terkena bayangan antumbra maupun penumbra.
Saat fase Bulan Baru di Indonesia, Bulan masih beraa di bagian ufuk.
(redaksi)