POJOKNEGERI.COM - Saat ini, banyak negara di seluruh dunia sedang berjuang untuk mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional.
Fenomena ini telah menciptakan kekhawatiran besar di Washington, terutama di kalangan politisi seperti Presiden AS terpilih, Donald Trump.
Trump bahkan mengusulkan langkah drastis dengan memberlakukan tarif 100% pada negara-negara yang menolak menggunakan dolar AS dalam perdagangan mereka.
Dedolarisasi adalah istilah yang menggambarkan pergerakan global di mana negara-negara berusaha menggunakan mata uang selain dolar dalam perdagangan dan investasi internasional.
Gerakan ini mulai semakin terlihat jelas di berbagai belahan dunia, terutama di kalangan negara-negara yang tergabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
Pada Konferensi Tingkat Tinggi BRICS tahun 2023, kelompok ini bahkan mengundang beberapa negara baru, seperti Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, untuk bergabung dalam upaya bersama memperkuat dedolarisasi.
Meski demikian, tidak semua negara menyambut baik gerakan ini.
Contohnya, Argentina, di bawah pemerintahan Presiden sayap kanan Javier Milei, menolak bergabung dengan BRICS meskipun diundang.
Sebaliknya, negara-negara seperti Malaysia menunjukkan minat yang besar dan telah mengajukan aplikasi resmi untuk bergabung.
Upaya dedolarisasi juga didukung oleh langkah-langkah konkret dari BRICS, termasuk mendirikan Bank Pembangunan Baru (New Development Bank) yang dipimpin oleh mantan presiden Brasil, Dilma Rousseff.
Bank ini bertujuan untuk memberikan pinjaman dalam mata uang selain dolar, guna mengurangi dominasi dolar AS dalam sistem keuangan global.
China dan Brasil telah menandatangani perjanjian perdagangan tanpa menggunakan dolar, di mana China membeli barang impor dari Brasil menggunakan mata uang Brasil.
Wacana Pemekaran Wilayah, Total Jadi 13 Provinsi dan Berikut Daftarnya
Sementara Brasil melakukan hal yang sama dengan menggunakan yuan.
Rusia juga bergerak cepat dalam dedolarisasi perdagangan internasionalnya.
Lebih dari 90% perdagangan antara Rusia dan China kini menggunakan rubel dan yuan, bukan dolar.
Di Asia Tenggara, 10 negara anggota ASEAN juga mengambil langkah untuk menggunakan mata uang lokal dalam pembayaran lintas negara, dengan Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina sudah memulai kerja sama ini sejak November 2022.
(*)