POJOKNEGERI.COM - Ada puluhan purnawirawan yang disebut malu akan tindakan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang berupaya untuk mengambil Partai Demokrat.
Diketahui, Moeldoko dan Jhoni Allen Marbun lakukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung terkait dengan kepengurusan Partai Demokrat.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.
"Bersama kami, Partai Demokrat, bersama Ketum AHY, ada puluhan jenderal purnawirawan yang merasa malu dengan kelakuan anda yang tidak patut dicontoh. Jenderal tapi jadi begal partai," kata Herzaky dalam keterangannya, Kamis (6/4).
Herzaky meminta Moeldoko tidak bersikap seolah tak tahu menahu soal PK yang diajukan ke MA itu.
Ia menantang Moeldoko untuk menggugat kuasa hukumnya jika memalsukan tanda tangan untuk ajukan PK ke MA.
Ia juga menyebut saat ini rakyat sudah paham karakter dan perilaku tidak baik Moeldoko.
"Tidak menunjukkan teladan dan nilai-nilai ksatria sebagai seorang prajurit," kata dia.
Menurut Herzaky, Moeldoko seharusnya merasa malu karena banyak partai baru yang lolos verifikasi sebagai peserta Pemilu 2024.
Sementara Moeldoko, kata dia, tak mampu membuat parpol sendiri tetapi mencoba kudeta parpol lain.
"Anda jenderal, KSP, tapi tidak mampu buat partai sendiri. Malah mau jadi begal partai orang," katanya.
Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat KLB Pimpinan Moeldoko Saiful Huda menuding balik pembegal partai adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
Menurut Saiful Huda, SBY, AHY, dan Ibas tanpa malu menguasai kepengurusan Demokrat.
"Pembegal partai, adalah mereka: SBY, AHY, dan Ibas adiknya, yang tanpa malu menguasai pucuk-pucuk pimpinan Partai Demokrat dan 'menyihir' semua peserta Kongres Partai Demokrat 2020, untuk mau memilih anaknya sebagai ketua umum," kata Saiful.
Ia menuding beberapa tahun silam, SBY menyingkirkan 98 pendiri partai untuk merebut Demokrat. SBY, kata dia, membegal partai dengan menjadikan AHY dan Ibas untuk memimpin Demokrat.
Saiful juga menyebut AD/ART Demokrat disusun sendiri oleh SBY dengan maksud untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
"Pembegal partai adalah SBY yang memaksa secara membabi buta, merubah Partai Demokrat untuk tak lagi menjadi partai yang demokratis dan terbuka, melainkan menjadi partai keluarga yang bisa mengokohkan kekuasaan keluarga," katanya.
(redaksi)