Minggu, 19 Januari 2025

Internasional

China Pahlawan Eropa, Gantikan Rusia sebagai Importir Utama Gas

Sabtu, 21 Desember 2024 19:42

China Pahlawan Eropa, Gantikan Rusia Sebagai Importir Utama Gas

POJOKNEGERI.COM - Perjanjian saat ini bagi Ukraina untuk mengangkut gas Rusia ke Eropa akan berakhir tanpa perpanjangan. 

Ukraina telah menolak untuk memperpanjang kontrak tersebut setelah habis masa berlakunya pada akhir bulan ini, menurut sebuah pernyataan dari Presiden Vladimir Putin.

Dalam konferensi pers tahunannya di Moskow, Putin menegaskan bahwa tidak adanya kontrak baru adalah sebuah kepastian. 

Ia juga menyebutkan bahwa nasib kontrak yang telah habis masa berlakunya bukanlah urusan Rusia

Ia menyatakan keyakinannya bahwa perusahaan gas raksasa Rusia, Gazprom PJSC, akan tetap berjalan tanpa kontrak tersebut.

Menyusul berita akan berakhirnya kontrak dalam waktu kurang dari dua minggu, para pemimpin Eropa telah berjuang untuk menemukan solusi alternatif untuk mempertahankan pasokan gas mereka.

Meskipun konflik dengan Rusia telah berlangsung selama hampir tiga tahun, Ukraina terus mengangkut sekitar 15 miliar meter kubik gas Rusia setiap tahunnya ke beberapa negara Eropa

Klien-klien Gazprom yang tersisa di wilayah ini secara aktif mencari solusi yang dapat mencegah gangguan pada pasokan gas mereka selama musim dingin.

Di sisi lain, China akan menggantikan Uni Eropa (EU) sebagai importir utama gas alam Rusia setelah pipa Power of Siberia 2 beroperasi pada 2030. 

Pipa yang saat ini sedang dibangun itu akan membawa gas dari cadangan Yamal di Siberia barat sumber utama pasokan gas ke Eropa ke China.

China merupakan konsumen energi terbesar dunia dan konsumen gas dengan pertumbuhan tercepat. 

Pipa tersebut baru-baru ini berada di bawah pengawasan setelah EU memutuskan untuk meninggalkan produk hidrokarbon Rusia sejak perang Rusia-Ukraina berkecamuk pada 24 Februari 2022.

Rusia, yang sangat bergantung pada Eropa untuk ekspor gas alam, bermaksud mengompensasi hilangnya pangsa pasar di Eropa dengan mengirimkan gas alam ke Asia, khususnya China.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengisyaratkan kemungkinan pergeseran dalam peta energi Rusia, ketika pada 14 April lalu dia mengatakan telah menginstruksikan pemerintah untuk bersiap mengalihkan pasokan sumber daya energi ke timur, di tengah rencana Barat untuk berhenti membelinya.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, juga mengatakan bahwa ekspor gas alam Rusia ke negara-negara EU pada 2022 diperkirakan turun sebesar 50 miliar meter kubik (bcm). 

Pipa Power of Siberia-1, satu-satunya pipa ekspor operasional Rusia ke Asia, belum mencapai kapasitas penuh.

Meskipun pipa tersebut direncanakan untuk mengalirkan 38 bcm gas alam dari Rusia ke China setelah mencapai kapasitas penuh, volume ini hanya setara dengan 25 persen dari rata-rata tahunan sekitar 155 bcm gas yang dikirim ke Eropa sebelum perang. 

Selain pipa Power of Siberia-1, Rusia berencana membangun pipa Power of Siberia-2, yang diperkirakan akan mulai dibangun pada 2024 dan selesai pada 2030.

Power of Siberia 2 akan mengirimkan 50 bcm gas alam setiap tahun, menjadikan total impor gas dari Rusia ke China menjadi 88 bcm melalui pipa ketika kedua jalur Power of Siberia mencapai kapasitas penuh. 

Rusia saat ini menyumbang sekitar 10 persen impor gas tahunan China melalui pipa dan pengiriman LNG (gas alam cair).

Namun, dengan peningkatan kapasitas yang direncanakan, Rusia akan menjadi pemasok gas utama China. 

Beijing saat ini mengimpor sekitar 45 persen dari kebutuhan gasnya.

(*)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Berita terkait
pojokhiburan