POJOKNEGERI.COM - Pemuda sudah semestisnya mengambil peranan di setiap kontestasi politik tanah air.
Namun acap kali, sinisme terhadap politik muncul dari lapisan pemuda.
Ketidakpercayaan kepada politik kian menjamur, meski bukan tanpa sebab, namun hal itulah yang terlontar dari kelompok pemuda Kutai Kartanegara belum lama ini.
Beberapa waktu lalu kelompok pemuda Kukar menggelar diskusi publik mengusung tema "Peran Pemuda dalam Menghadapi Pilkada 2024 untuk Indonesia Emas 2045,"
Salah satu narasumber yang diundang dalan forum diskusi tersebut adalah Brigjen TNI Dendi Suryadi.
Jenderal TNI bintang 1 berdarah Kutai pertama di Republik ini mengingatkan kepada generasi muda untuk tidak anti terhadap politik.
Sebab jika masyarakat, khususnya generasi muda anti terhadap politik, maka secara tidak langsung mereka menolak berpartisipasi dalam pembangunan negeri.
"Kalau anti politik nanti kita tidak akan bisa berpartisipasi secara aktif dalam membangun negeri ini," kata Dendi Suryadi di Cafe Kopiral, Tenggarong, Sabtu (6/7/2024) lalu.
Dendi juga menepis anggapan bawa politik itu kotor. "Bagi saya, politik itu tidak kotor, Rasulullah saja melaksanakan praktek-praktek politik," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Dendi juga menyinggung soal politik uang atau lebih dikenal dengan istilah serangan fajar yang seakan menjadi hal yang lumrah dalam perpolitikan di tanah air.
"Serangan fajar ini memang sesuatu yang melanggar hukum. Namun jika pelanggarnya begitu banyak ini menjadi persoalan yang tidak sederhana," ujarnya
Dendi menuturkan bawah maraknya politik serangan fajar ini sebagai indikasi bahwa moral bangsa mengalami kemunduran.
"Ini berarti bangsa ini moralnya mengalami degradasi," tuturnya.
Berbicara soal moral, Dendi mengatakan ini menjadi tanggung jawab bersama, baik para pemuka agama, guru agama, para pendidik hingga orang tua.
"Jangan kita menyalahkan 100 persen pada aparat penegak hukum karena disini bicara soal moralitas," tuturnya.
"Jadi lebih baik moralnya dulu yang disentuh, kalau moralnya juga tidak bisa disentuh, suatu bangsa akan mengalami kehancuran sendiri," lanjutnya.
Sebab kata dia, politik uang akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang korup dan mengutamakan sogok menyogok selama mengemban amanah dari rakyat.
"Karena sesuatu politik bisa disogok sehingga pemimpin yang akan hadir adalah pemimpin yang mengutamakan sogok menyogok," pungkasnya. (*)