POJOKNEGERI.COM - Kilas balik perjalanan hidup tiga bakal calon presiden dilakukan di depan cermin.
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto memaparkan refleksi diri atau tapak tilas di depan sebuah cermin besar yang diletakkan di atas podium.
Refleksi itu diucapkan usai ketiganya memaparkan gagasan sebagai kontestan Pilpres 2024 di Universitas Gadjah Mada (UGM), DIY Yogyakarta, Selasa (19/9).
Refleksi itu berisi kilas balik perjalanan hidup, pesan dari orang tua, hingga harapan tentang Indonesia ke depan.
Berikut tiga refleksi diri dari Anies, Ganjar, dan Prabowo
Anies Baswedan
Di tempat ini, di lapangan ini saya kelas 1 SD dan bermain sepak bola pertama kali di lapangan terbuka namanya lapangan STO.
Pada waktu itu saya kelas 1 SD sekolahnya di Sekip (Kabupaten Sleman).
Pada tahun 1989 saya berada di lapangan Ini namanya lapangan Pancasila menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada, universitas yang saya impikan sejak SD ketika main di lapangan ini.
Tahun 1991 saya menjadi ketua panitia ospek untuk mahasiswa baru.
Saat itu saya tahun kedua dan saya menyambut adik-adik mahasiswa baru yang kuliah di sini.
Tahun 1992, saya berbicara kepada adik-adik mahasiswa baru menyampaikan kepada mereka bagaimana menjadi mahasiswa di Gajah Mada saat itu saya ketua senat mahasiswa UGM.
Pada 2015-2016 di tempat ini, saya bertemu dengan mahasiswa baru menceritakan tentang bagaimana masa depan.
Hari ini, 19 Desember 2023, anak yang waktu itu umur 7 tahun main sepak bola di lapangan Pancasila sekarang berada di sini diminta mengemukakan gagasan tentang Indonesia ke depan untuk 275 juta penduduk.
Anies ingatlah apa yang dikatakan ibumu ketika mengantarkan mau masuk sekolah SD umur 7 tahun.
Pada saat itu dipesankan agar kerja keras dan rajin. Ketika masuk kuliah ibumu pesan, Anies yang kita miliki cuma nama baik.
Jaga nama itu baik-baik.
Hari ini sebelum saya berangkat ke Jogja, ibu saya mendoakan.
Ibu saya kembali mengatakan Anies berada di tempat ini semata-mata karena Anies menjaga nama baik.
Jaga nama baik itu, itulah refleksi saya pada sore hari ini.
Terima kasih
Ganjar Pranowo
Sesuatu yang tidak bisa saya lupakan adalah pesan kedua saya.
Kalau soal jabatan, Jar, jangan pernah kamu kejar.
Kalau itu takdirmu, laksanakan dengan baik.
Jangan pernah korupsi.
Bismillahirahmanirrahim.
Prabowo Subianto
Saya ingat adik-adik.
Saya lahir tahun 1951, kita baru satu tahun merdeka.
Proklamasi tahun 1945, tapi penyerahan kedaulatan baru tahun 1950.
Karena pada 1949 kita harus perang, penjajah enggak mau pergi kita harus perang.
Waktu itu saya umur 22 -24.
Saya perwira di tentara, saya bawa anak buah saya berenang di kolam renang Manggarai.
Waktu berenang, saya lihat ada dinding dari marmer tapi tertutup oleh lumut.
Saya suruh bersihkan lumut dan saya baca di situ ada tulisan 'Honden en Inlander Verbodeen'.
Ya, artinya, anjing dan pribumi dilarang masuk kolam renang. Saya baca itu tahun 1975.
Jadi, dulu kita dijajah, dibantai, diperbudak, dimiskinkan, dan dianggap lebih rendah dari anjing.
Anda minta saya refleksi, saya pernah hidup di tengah orang Eropa.
Saya ingat, waktu itu saya satu-satunya murid yang bukan kulit putih, tiap hari saya diejek guru.
Setiap hari dibilang bangsa monyet, ini itu, 'Prabowo your people live on trees'.
Saya alami, saya sekolah di beberapa negara selalu mereka bilang begitu, rakyatmu tinggal di pohon, saya mengalami.
Jadi kalau anda minta saya refleksi, saya ingin melihat Indonesia menjadi negara bermartabat, terhormat sebelum meninggal.
Saya ingin lihat tidak ada kemiskinan di republik Indonesia.
Saya ingin lihat anak-anak Indonesia kuat, gembira, senyum dan orang tuanya gembira.
Itu yang mendorong saya.
Kalau Anda merefleksi saya, saya tidak mau bangsa saya dihina terus.
Saya ingin bangsa saya terhormat berdikari.
Saya ingin melihat adik-adik saya semua nanti pake mobil, naik motor, pakai jam, pakai sabun, pakai parfum, dan pakai sepatu buatan Indonesia.
Itu yang saya cita-citakan, terima kasih, selesai. (redaksi)