POJOKNEGERI.COM - Wali Kota Samarinda, Andi Harun menghadiri pembukaan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas Rencana Penanggulangan Bencana Kota Samarinda tahun 2025-2029.
Acara tersebut dilaksanakan di ruang Mangkupelas Balaikota Samarinda pada Senin (20/5/2024).
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah kota dalam menghadapi berbagai jenis bencana yang mengancam wilayah Samarinda.
Andi Harun menekankan pentingnya acara ini sebagai bagian dari pelaksanaan amanah Undang-Undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
"Kegiatan ini merupakan amanah Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan diharapkan dapat menjadi masukan dalam RPJMD Kota Samarinda tahun 2025-2029 sebagai upaya pengurangan risiko bencana, sekaligus untuk meningkatkan kapasitas pencegahan dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana," ujar Andi Harun.
Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan masukan berharga untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Samarinda tahun 2025-2029.
"Berdasarkan dokumen kajian risiko bencana Kota Samarinda tahun 2022-2026, ada tiga bencana yang kerap terjadi dan memiliki risiko tinggi di Kota Samarinda, yaitu banjir, tanah longsor, dan kebakaran ditambah dengan fenomena perubahan iklim, maka ketiga bencana ini menjadi pekerjaan rumah dan tanggung jawab kita semua," jelas Andi Harun.
Andi Harun menekankan bahwa dokumen rencana penanggulangan bencana yang akan dibahas ini akan mempermudah koordinasi penanggulangan bencana antar instansi dan seluruh institusi di Kota Samarinda. Ia berharap dokumen tersebut dapat menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD serta sebagai panduan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menghadapi bencana.
"Oleh karena itu, dengan adanya dokumen rencana penanggulangan bencana Kota Samarinda yang akan dibahas hari ini tentu akan mempermudah koordinasi penanggulangan bencana antar instansi dan seluruh institusi di Kota Samarinda," tambahnya.
Sementara itu, Suwarso Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, melaporkan bahwa terdapat tujuh jenis bencana yang menjadi fokus penanggulangan di kota ini, sesuai dengan dokumen kajian risiko bencana Kota Samarinda.
"Indeks risiko bencana Kota Samarinda memang terendah se-Kalimantan Timur, tetapi kita tidak boleh lengah. Justru kita harus terus meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi untuk mengurangi dampak bencana," tegas Suwarso.
Suwarso juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan koordinasi antar instansi dalam penanggulangan bencana. Menurutnya, sinergi antar berbagai pihak adalah kunci dalam mengatasi tantangan yang ada.
"Kita perlu memperkuat kolaborasi dan koordinasi antar instansi serta dengan masyarakat untuk memastikan penanggulangan bencana berjalan efektif dan efisien," ujarnya.
(Tim redaksi)