POJOKNEGERI.COM - Sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina, isu mengenai Perang Dunia III terus mencuat.
Banyak pihak yang memprediksi Perang Dunia III terjadi akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Pasalnya, kini sudah banyak pihak yang ikut campur dalam perang tersebut, terutama Amerika Serikat dan negara-negara Barat, yang mendukung perlawanan Ukraina terhadap Rusia.
Seperti yang diketahui, Moskow telah melancarkan invasi sejak 24 Februari 2022 lalu.
Sampai saat ini, sepertinya belum ada tanda-tanda Vladimir Putin yang akan segera menarik pasukannya dari Kiev.
Terlebih, negara-negara barat justru semakin gencar memasok bantuan senjata ke Ukraina.
Mengutip laman The Week, dilansir dari Sindonews.com, Rabu (8/2/2023), ketegangan kini meluas menjadi antara Rusia dengan negara barat.
Pasca pengiriman tank Leopard 2 dan Abrams ke Ukraina, para pejabat Kremlin mengingatkan bahwa hal semacam ini bisa menyulut tingkat konfrontasi yang lebih besar lagi.
Berbagai elemen bantuan dari NATO untuk Ukraina bisa dianggap sebagai bentuk provokasi terhadap Rusia.
Terlebih, Putin sendiri pernah menyampaikan bahwa tak akan segan-segan apabila ada yang mengganggu kedudukan negaranya.
Selain konflik Rusia dan Ukraina, kekhawatiran juga muncul dari Korea Utara yang baru saja memperluas cadangan nuklirnya.
Menurut laporan The Guardian, pasca tahun baru lalu Kim Jong-un menyerukan ‘peningkatan eksponensial’ pada senjata nuklirnya sebagai tanda permusuhan yang semakin dalam dengan AS, Korea Selatan, hingga Jepang.
Tak sampai disitu, pemicu lain yang bisa menyulut Perang Dunia III adalah konflik antara China dengan Taiwan.
Mengutip laman Daily Star, sebuah memo rahasia dari Jenderal bintang 4 Amerika menyebut prediksi WW3 akan pecah pada tahun 2025 mendatang.
Jenderal Mike Minihan selaku Kepala Komando Mobilitas Udara AS mendasarkan prediksi ini atas rencana Xi Jinping yang disebut memiliki keinginan merebut kembali Taiwan.
Seperti yang diketahui, belakangan kedua negara tersebut juga menunjukan ketegangan yang semakin meningkat.
Memo yang bocor tersebut menjadi salah satu dari banyak prediksi yang menyebut perang akan pecah di Laut China Selatan.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Taiwan juga memprediksi bahwa China akan melakukan invasi pada 2025.
Akan tetapi, prediksi Jenderal Minihan ini ditanggapi berbeda oleh Blake Herzinger dari American Enterprise Institute.
Menurutnya, komentar dari Mike sejatinya diarahkan ke organisasinya sendiri agar segera melakukan perubahan.
China menanggapi memo yang bocor tersebut dengan serius.
Dalam hal ini, mereka memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak melakukan provokasi semacam ini ataupun mengobarkan ketegangan atas Taiwan.
(redaksi)