Minggu, 19 Januari 2025

Berita Nasional Terkini

Hasil Penelitian Cross Dependency Initiative, Kaltim Hingga Provinsi di Jawa Bisa Hancur Akibat Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim

Rabu, 22 Februari 2023 12:45

ILUSTRASI - Cuaca ekstream dan perubahan iklim dinilai dapat sebabkan kehancuran bagi sejumlah wilayah di Indonesia. Foto: IST

POJOKNEGERI.COM - Cuaca ekstrem berpotensi membuat sejumlah wilayah di Indonesia di hancur, berdasarkan analisis yang dilakukan Cross Dependency Initiative (XDI).

Dilansir dari Tempo.co, Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah masuk dalam 50 provinsi di dunia dengan ranking tertinggi berisiko hancur akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim pada 2050.

Ketiganya masing-masing berada di urutan 23, 24, dan 31 dalam daftar yang didominasi provinsi atau negara bagian dari Cina, AS, dan India tersebut.

Peringkat dibuat oleh Cross Dependency Initiative (XDI) dalam analisis bertajuk Gross Domestic Climate Risk.

Mereka mengkalkulasi risiko iklim secara fisik terhadap lingkungan yang sudah terbangun (built environment) di 2.600 wilayah di dunia. 

Data dan pemeringkatan yang dihasilkan diyakinkan penting bagi dunia investor, seiring dengan luasnya wilayah yang terbangun pasti beririsan dengan aktivitas ekonomi dan kemakmuran properti yang tinggi.

"Ini dapat menginformasikan investasi yang tahan iklim, dalam hubungannya dengan langkah adaptasi dan perencanaan infrastruktur oleh pemerintahan suatu daerah," bunyi keterangan dari XDI.

Data Gross Domestic Climate Risk dipresentasikan antara lain oleh CEO Rohan Hamden dan Direktur Sistem dan Sains Karl Mallon pada Kamis pekan lalu, 16 Februari 2023.

Mereka merefleksikan risiko fisik itu dari 8 bahaya dampak perubahan iklim: banjir karena hujan, banjir luapan sungai, tanah ambles (rob), cuaca panas ekstrem, kebakaran hutan, tanah bergerak (berelasi dengan kekeringan), angin kencang, dan es mencair. 

Sistem menggunakan pemodelan iklim global, dikombinasikan dengan data cuaca dan lingkungan lokal serta rekayasa yang mewakili di bawah Representative Concentration Pathway 8.5 keluaran IPCC.

"Ini konsisten dengan pemanasan global rata-rata yang lebih dari tiga derajat Celsius pada akhir abad ini, dihitung dari masa pra-industri." 

Pemeringkatan yang dihasilkan fokus pada perbandingan total kehancuran bangunan-bangunan, disebut sebagai aggregated damage, yang mungkin dialami di setiap provinsi atau negara bagian pada 2050 gara-gara cuaca ekstrem dan perubahan iklim.

Data juga menunjukkan persentase peningkatan kehancuran dalam periode 1990-2050.

XDI juga menawarkan melihat perbandingan yang disebut sebagai average damage.

Di sini, data menunjuk proporsi luas wilayah dengan lingkungan yang sudah terbangun yang berisiko hancur pada 2050 nanti.

Mereka yang proporsinya lebih besar akan menempati ranking lebih tinggi, betapapun kecilnya luasan wilayahnya secara keseluruhan.

Dalam hal average damage ini, XDI menempatkan Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah masing-masing di urutan 1535, 328, dan 325.

Ranking Sulawesi Barat serta Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur malah jauh lebih tinggi untuk proporsi luas wilayah dengan bangunan yang berisiko hancur karena faktor iklim pada 2050 mendatang.

Mereka masing-masing berada di urutan 25, 28, 50, 53, dan 70. Adapun Jakarta Raya yang disebutkan tim XDI rentan tenggelam oleh laut berada di urutan 79 dalam kategori rasio risiko kehancuran yang sama. 

"Indonesia memiliki banyak sekali provinsi dan banyak faktor risiko yang tinggi seperti banjir dan tanah ambles," kata Mallon.

Tapi, dia menambahkan, banyak pula wilayah di Indonesia yang secara agregat, risiko kehancurannya tidak setinggi provinsi di negara lain. 

Sebagai pembanding, dua provinsi paling berisiko secara agregat di dunia pada 2050 nanti adalah dua daerah ekonomi terbesar di Cina, yakni Jiangsu dan Shandong.

Keduanya memiliki wilayah yang luas dan menjadi rumah dari perkembangan industri, perdagangan, permukiman dan komersial yang ekstensif.

Ancamannya adalah banjir karena kenaikan muka laut, luapan sungai ataupun banjir karena lanskap yang sudah jauh berubah.

(redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Berita terkait
pojokhiburan