POJOKNEGERI.COM - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti belakangan digadang-gadang masuk bursa calon wakil presiden pendamping bakal calon presiden Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
Wacana duet Anies-Susi mencuat setelah keduanya memamerkan keakraban dalam sebuah pertemuan baru-baru ini.
Anies mengunjungi kediaman Susi di Pangandaran, Jawa Barat, Senin (24/7/2023).
Meski Anies dan Susi tak terang-terangan mengatakan adanya perbincangan politik 2024 dalam pertemuan itu, namun, gagasan duet keduanya disambut baik oleh partai anggota Koalisi Perubahan.
Lantas, bagaimana kekuatan politik seorang Susi Pudjiastuti?
Nama Susi sedianya tidak banyak diperbincangkan dalam bursa capres dan cawapres Pemilu 2024.
Survei sejumlah lembaga menunjukkan, elektabilitas mantan menteri Presiden Joko Widodo itu belum seberapa.
Survei Indikator Politik Indonesia periode 20-24 Juni 2023 misalnya, menempatkan Susi di papan bawah elektabilitas cawapres.
Susi mengantongi angka elektoral 0,8 persen, sama besarnya dengan elektabilitas Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Menurut survei ini, elektabilitas Susi sedikit lebih unggul dari Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Puan Maharani (0,7 persen) dan Menteri Sosial Tri Rismaharini (0,6 persen).
Namun, angka elektoral Susi kalah jauh dibandingkan nama-nama lainnya seperti Menteri BUMN Erick Thohir (18,5 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (16,9 persen), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (11,8 persen), hingga Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY (11,4 persen).
Sementara, hasil jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 12-17 April 2023 memperlihatkan, elektabilitas Susi di angka 0,9 persen.
Dalam survei ini, Susi sedikit unggul atas Muhaimin Iskandar yang elektabilitasnya 0,7 persen.
Angka elektoral Susi juga sedikit di atas mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (0,5 persen), Menteri Keuangan Sri Mulyani (0,4 persen), dan Mensos Tri Rismaharini (0,4 persen).
Namun, lagi-lagi Susi kalah telak jika dibandingkan dengan angka elektoral Ridwan Kamil (19,5 persen), Sandiaga Uno (14,4 persen), AHY (11,6 persen), dan Erick Thohir (10,5 persen).
Lebih dari itu, nama Susi tak terlampau sering diikutsertakan dalam bursa capres-cawapres oleh lembaga survei.
Selain elektabilitas yang terbatas, dukungan para partai pendukung Anies nampaknya belum juga bulat jika harus mendukung Susi.
Meski demikian, kebersamaan Anies dan Susi ini menuai respons positif dari dua partai politik anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Nasdem.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menganggap, Anies dan Susi punya kecocokan.
Anies dinilai sebagai figur yang merepresentasikan perubahan, sementara Susi erat dengan citra nyeleneh dan pemberontak.
“Kan gaya pemberontak dan gaya perubahan nyambung. DNA-nya nyambung. Kita kan enggak pengen ada status quo, kita ingin ada perubahan,” ucap Mardani Ali Sera, dikutip dari Kompas.com.
Mardani yakin Susi bisa membantu Anies memenangkan Pemilu Presiden 2024.
Pandangan serupa dilontarkan oleh Sekjen Partai Nasdem Hermawi Taslim.
Menurutnya, Susi memenuhi kriteria sebagai bakal cawapres Anies.
“Kandidat cawapres Anies itu kan lintas gender, bebas kasus hukum, dan berpengalaman di pemerintahan. Nah, dari kriteria itu seyogianya, Susi memenuhi syarat untuk jadi salah satu kandidat," jelas Hermawi Taslim, dikutip dari Kompas.com.
Lain Nasdem dan PKS, lain lagi dengan Demokrat.
Partai pimpinan AHY tersebut menilai, berlebihan jika pertemuan Anies dan Susi dilihat sebagai upaya untuk mencari bakal cawapres.
Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, pembicaraan tentang bakal cawapres sudah selesai dan satu nama sudah dikantongi oleh Anies.
Tinggal menunggu kapan deklarasi dilakukan.
“Tapi kalau pertemuan ini apakah akan berujung pada bacawapres atau tidak, menurut kami itu terlalu jauh. Kalau menurut kami, saat ini ya hal-hal wajar saja, enggak ada yang luar biasa, dalam konteks bursa cawapres sudah selesai,” tegas Herzaky Mahendra Putra, dikutip dari Kompas.com.
Dalam pandangannya, pertemuan kedua figur tersebut ingin menunjukkan bahwa Anies terbuka dengan siapa pun yang memiliki semangat perubahan dan melawan status quo.
(redaksi)