POJOKNEGERI.COM - Penurunan stunting merupakan hal yang kini tengah diseriusi pemerintah.
Hal ini tak terkecuali di Kota Samarinda, Ibu Kota Kalimantan Timur (Kaltim).
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda, dr. Siti Nuriyatus Zahra mengatakan, anak yang menderita stunting rata-rata tidak memiliki jaminan Badan Penyedia Jasa Sosial (BPJS) Kesehatan.
Ia mengatakan pemerintah hanya memberikan bantuan untuk pemberian makanan tambahan.
"Pemberian makanan Kondisi Medis Khusus (PKMK) belum di cover BPJS," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dampak anak ketika sampai pada tahapan stunting.
Harapan hidup anak tergantung pada kondisinya karena perkembangan anak sudah dimulai saat 1000 hari kehidupan.
"Perkembangan organ anak tergantung pada asupan gizi, lingkungan dan keadaan sosial ibu saat mengandung," ungkap Tutus sapaan akrabnya.
Tutus menjelaskan bahwa ketika anak sudah dalam keadaan stunting, hal tersebut merupakan kondisi final maka berakibat pada perkembangan otak anak.
"Terlebih jika anak memiliki penyakit bawaan, karena kondisinya sangat rawan dan mudah tertular penyakit," jelasnya.
Lanjut dijelaskannya, bahwa sampai hari ini, ketika sudah dalam kondisi stunting sangat beresiko mengalami penyakit degeneratif seperti jantung, hypertensi, diabetes dan lainnya karena kurangnya asupan gizi.
"Terlebih pada perkembangan kognitif, mengingat terhambatnya pembentukan otak sudah sejak dalam kandungan," terangnya.
Tutus juga mengatakan bahwa ketika terdapat temuan stunting harus segera dibawa kerumah sakit agar dilakukan pemeriksaan merinci untuk anak hidup layak.
"Jangan sampai dalam tahapan kondisi fatal," ungkapnya.
Menurutnya, paling efektif intervensi yang dilakukan adalah ketika dapat dideteksi dan di intervensi sebelum berumur 2 tahun, karena jika sudah pada tahap stunting intervensi sejauh apapun akan sulit berkemban dengan baik.
"Maka deteksi dini, intervensi saat kondisi gizi buruk atau underweight akan lebih mudah dibantu," pungkasnya.
(Advertorial)