POJOKNEGERI.COM - Kegagalan pasangan nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendulang banyak suara pada Pilpres 2024, dinilai tak terlepas dari sejumlah blunder yang kerap dilakukan sang capres.
Ya, mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kerap membuat pernyataan kontroversial.
Alhasil, hal tersebut dianggap blunder yang merugikan bagi Ganjar-Mahfud dan PDIP.
Selama ini, Ganjar memang dikenal sedikit sombong dan suka asal ngomong.
Setidaknya tercatat ada lima blunder yang dilakukan Ganjar.
Pertama, saat podcast bersama Deddy Corbuzier, Ganjar mengaku hobi menonton video porno.
Kedua, Ganjar menyatakan kalau capres PDIP adalah petugas partai.
Ketiga, ketika Ganjar menyatakan ketidaksetujuannya kehadiran Timnas Israel, yang membuat Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Keempat, ketika Ganjar menghubungi PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono terkait keluhan warga di Jakarta Utara.
Sebab, posisi Ganjar dan Heru Budi Hartono sederajat, namun dia berani menelepon dan terkesan memerintah.
Blunder terakhir, ketika Ganjar mengungkapkan 10 lulusan terbaik dari suatu perguruan tinggi bukan berprofesi sebagai MC atau jurnalis.
Pernyataan itu dilontarkan Ganjar saat tampil di acara Mata Najwa di Kampus UGM, Selasa (19/9/2023).
Awalnya Ganjar mengatakan bahwa 10 lulusan terbaik dari suatu perguruan tinggi bukan berprofesi sebagai master of ceremony (MC) atau jurnalis.
Ganjar mengatakan itu saat berbicara tentang penyerapan tenaga kerja.
Dia kemudian menyinggung soal lulusan terbaik dari perguruan tinggi.
Menurutnya, 10 besar lulusan terbaik dari suatu kampus akan menjadi dosen bukan MC atau jurnalis.
Sementara itu, Pengamat Politik Adi Prayitno, memaparkan tiga "dosa" besar yang dimiliki Ganjar Pranowo.
"Pertama, salah bagi dia ketika bermimpi jadi presiden terlalu dini, sebelum ada fatsun politik dari Ketua Umum, salah betul itu. Itu yang saya sebut baru pertama dalam partai politik," Pengamat Politik, Adi Prayitno.
"Kedua, karena elektabilitas Ganjar Pranowo versi survei, itu mengalahkan elite-elite penting di PDIP, yang ditengarai punya karpet merah, golden ticket, bahkan dapat rekomendasi untuk capres, tapi elektabilitasnya tidak semenjulang Ganjar."
"Ketiga, ini kesalahan terfatal Ganjar, karena dia adalah orang biasa-biasa saja, bukan trah politik darah biru Soekarno, bukan anak kandung Soekarno," pungkasnya. (*)