POJOKNEGERI.COM - Bencana alam mulai dari gempa bumi, gunung meletus, hingga tsunami kerap kali terjadi di Indonesia.
Pasalnya, Indonesia berada dalam negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan secara geografis juga dilintasi oleh Cincin Api Pasifik, hal itu membuat Indonesia rentan terhadap sejumlah bencana alam tersebut.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu yang lalu gempa bumi mengguncang Tasikmalaya, Jawa Barat.
BMKG mencatat, gempa bumi itu tercatat berkekuatan kecil yakni magnitudo 2,8. Lokasinya berada 8 kilometer sebelah tenggara Kota Tasikmalaya.
Tak berselang lama, BMKG kembali mencatat ada guncangan gempa.
Kali ini terjadi di wilayah Cianjur. Gempa berkekuatan magnitudo 4,2.
Lokasi gempa itu berada 8 kilometer barat laut Kabupaten Cianjur dengan kedalaman sekitar 10 kilometer.
Selain itu, pada pada Sabtu (3/12/2022) pukul 16.49 WIB, gempa bumi juga mengguncang wilayah Garut, Jawa Barat.
Gempa itu terbilang kuat yakni magnitudo 6,4. Meski demikian, BMKG dalam laporannya menyebutkan, gempa Garut itu tidak berpotensi tsunami.
Selain bencana gempa bumi, becanda alam seperti gunung meletus juga kerap terjadi di Indonesia.
Seperti yang terjadi pada Minggu (4/12/2022), Gunung semeru erupsi dan memuntahkan awan panas.
Badan Meteorologi Jepang pun memperingatkan ancaman timbulnya tsunami di wilayah Jepang akibat erupsi Gunung Semeru.
Dilansir Kyodo News, Minggu (4/12/2022), badan cuaca Jepang memperingatkan bahwa tsunami dapat tiba di Pulau Miyako dan Yaeyama di prefektur selatan Okinawa sekitar pukul 14.30 waktu setempat.
Ironisnya dari sekian peristiwa bencana alam, mulai dari gempa bumi, gunung meletus, hingga tsunami kebanyakan terjadi di bulan Desember.
Hal itu diutarakan oleh salah satunya disampaikan akun @cupexpert.
"Antara tgl 20 Desember sampai tahun baru biasanya bukan suka cita yang dirasakan dengan cara pergi liburan atau bersenang-senang. Tapi ini tanggal kewaspadaan dan kengerian karena bencana tsunami Aceh sampai Banten terjadi pada tanggal sekarang2 ini," tulisnya.
Mungkin masyarakat masih ingat dengan sejumlah daerah di Indonesia pernah diterjang tsunami beberapa kali, di antaranya yakni tsunami Aceh (2004), tsunami Palu (2018), dan tsunami Selat Sunda (2018).
Dua dari tiga tsunami tersebut terjadi di bulan Desember.
Tsunami Aceh pada 16 Desember 2004 dan Tsunami Banten pada 22 Desember 2020.
Tidak hanya itu, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono juga pernah mengunggah di Twitter pribadinya bahwa ada 12 kejadian tsunami destruktif di Indonesia yang tercatat terjadi di bulan Desember.
Oleh karena itu, tidak heran jika kemudian ada masyarakat yang mengkait-kaitkan antara bulan Desember sebagai waktu potensial terjadinya tsunami.
Data tsunami
Saat dikonfirmasi terkait anggapan tersebut, Daryono tidak membenarkan sekaligus tidak menyalahkannya.
Dari data yang ia miliki, memang Desember menjadi salah satu bulan di mana tsunami paling banyak terjadi dibandingkan dengan kejadian di bulan lainnya.
"Jika kita mencermati catatan sejarah kejadian tsunami di Indonesia dari katalog tsunami, sebanyak 114 kejadian tsunami yang dikompilasi berdasarkan bulan kejadiannya, maka diperoleh jumlah kejadian tsunami untuk masing-masing bulan dalam setahun," ujar Daryono, Rabu (23/12/2020) lalu dikutip dari Kompascom.
Berikut ini data selengkapnya:
Januari = 11 kali tsunami
Februari = 12 kali tsunami
Maret = 11 kali tsunami
April = 8 kali tsunami
Mei = 6 kali tsunami
Juni = 4 kali tsunami
Juli = 8 kali tsunami
Agustus = 9 kali tsunami
September = 12 kali tsunami
Oktober = 8 kali tsunami
November = 12 kali tsunami
Daryono menggarisbawahi, jumlah kejadian tsunami yang tercatat dalam data di atas mungkin bukan jumlah yang mutlak, karena tidak menutup kemungkinan adanya kejadian tsunami lain yang tidak terdata.
Dari paparan tersebut terlihat bencana tsunami paling banyak terjadi di antara Februari, September, November, dan Desember.
Namun, hal itu bukan berarti potensi terjadinya di 4 bulan tersebut lebih besar dari bulan-bulan yang lain.
Pun dengan orang-orang yang mengaitkan bulan Desember dengan kejadian tsunami, semua itu tidak dapat dibenarkan.
"Mengacu data ini maka pendapat yang menyebutkan bahwa Desember adalah satu-satunya bulan dengan peristiwa tsunami paling banyak tidaklah benar.
Data membuktikan bahwa Desember ternyata bukan satu-satunya bulan dengan kejadian tsunami paling banyak," jelas Daryono.
Selain itu, ia menegaskan tsunami bisa terjadi kapan pun, tidak ada bulan atau waktu yang memiliki potensi terjadi tsunaminya lebih tinggi atau lebih rendah dari pada yang lain.
Hal itu disebabkan banyaknya faktor yang melatarbelakangi mengapa sebuah gelombang tinggi bernama tsunami bisa terjadi.
"Berdasarkan sumber dan pembangkitnya, secara ilmiah tsunami memang tidak mengenal musim. Gempa tektonik, longsoran dalam laut, erupsi gunung api adalah fenomena geologis yang dapat terjadi kapan saja tidak hanya pada bulan-bulan tertentu seperti halnya fenomena cuaca dan iklim, sehingga kapan saja dapat terjadi tsunami," jelas dia.
Untuk itu, kita semua diminta untuk selalu waspada dan siaga terhadap bencana yang satu ini.
Terlebih bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir.
"Sebaiknya kita harus waspada dan siaga tsunami, khususnya masyarakat di wilayah pesisir yang pantainya berhadapan dengan sumber gempa di dasar laut dan sudah dinyatakan sebagai pantai rawan tsunami," pungkasnya. (redaksi)