POJOKNEGERI.COM - Risiko penerbangan dengan menyalakan handphone kembali mengemuka setelah kecelakaan pesawat Yeti Airlines di Nepal, Minggu (15/1/2023).
Kecelakaan pesawat yang menewaskan 72 orang, diduga salah satu penyebabnya karena ada penumpang yang menyalakan handphone melakukan live streaming.
Masyarakat pun berspekulasi bahwa penggunaan ponsel itu mengganggu proses penerbangan.
Michael Daniel, seorang konsultan keselamatan penerbangan, menyebutkan bahwa prinsipnya, teknologi modern telah berkembang ke titik di mana sinyal dari telepon seharusnya tidak memengaruhi fungsi pesawat secara substansial.
"Pesawat modern, kabelnya jauh lebih baik akhir-akhir ini. Mereka benar-benar memiliki kabel yang mengurangi efek HIRF (High Intensity Radio Frequency)," ungkapnya dilansir dari Liputan6.com.
HIRF atau medan radiasi intensitas tinggi adalah energi frekuensi yang dapat memengaruhi perangkat lain.
Daniel menyebutkan bahwa lewat pengujian selama bertahun-tahun dan dengan standar HIRF yang secara signifikan mengurangi risiko dan tidak ada efek atau kekhawatiran yang akan menyebabkan pesawat jatuh.
Ia menambahkan fakta bahwa penumpang juga tidak duduk di dekat tempat sistem pesawat berada, yaitu dek penerbangan atau kokpit, penggunaan ponsel tidak akan menimbulkan gangguan.
Terlebih, peralatan pesawat telah dirancang untuk memiliki tingkat 'kekebalan' tertentu terhadap sinyal yang dipancarkan oleh telepon dan perangkat elektronik lainnya.
Pendapat senada juga disampaikan Associate Profesor Neelakantam Venkatarayalu dari Institut Teknologi Singapura.
Ponsel juga patuh pada regulasi dan standar yang membatasi kekuatan emisi mereka.
Layanan ponsel dan avionik, yakni sistem elektronik pesawat, berada di frekuensi berbeda.
Hal itu diatur secara global dan secara substansial mengurangi kemungkinan adanya gangguan.
"Kemungkinan gangguan masih ada, meski tidak separah saat frekuensi digabung," tuturnya. Ia menganalogikan gangguan tersebut seperti saat mendengarkan radio yang tidak disetel dengan benar ke stasiun.
Menurut Daniel, mematikan ponsel atau menggunakan mode pesawat saat dalam perjalanan di udara dapat mengurangi medan radiasi intensitas tinggi, terutama selama fase kritis lepas landas dan mendarat yang memerlukan sensitivitas instrumen pesawat.
"Semakin banyak penumpang yang mematikan dan mengurangi efek HIRF, semakin baik untuk avionik pesawat," jelas Daniel.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan alasan yang lebih serius terkait perintah untuk mematikan ponsel mereka, yakni untuk membuat para penumpang memperhatikan awak kabin pesawat dan tidak terganggu selama pengarahan keselamatan.
Venkatarayalu menambahkan, bahwa ponsel yang tidak dimatikan atau tidak disetel ke mode pesawat akan secara aktif mengirimkan sinyal suar, mencari stasiun pangkalan atau menara seluler dalam upaya menyambung ke jaringan seluler.
Saat berada di ketinggian dengan ponsel tidak dapat terhubung ke sinyal, konsekuensi satu-satunya dari tidak mematikan ponsel hanyalah menghabiskan baterai lebih cepat.
Namun, saat lepas landas dan mendarat, kata dia, ponsel kemungkinan akan terhubung ke menara seluler.
Padahal, Daniel mengingatkan bahwa lepas landas dan pendaratan adalah fase penerbangan yang paling penting dan kritis, ketika pilot sangat bergantung pada peralatan navigasi dan komunikasi.
Kemungkinan kejadian buruk yang terjadi di ketinggian jauh lebih rendah, tambahnya.
Daniel menyatakan penyetelan mode pesawat hanya mengurangi jumlah pensinyalan pada perangkat karena tidak sepenuhnya mematikan Bluetooth atau WiFi.
Sementara, ketika penumpang mematikan telepon akan memblokir semua sinyal dari ponsel.
Venkatarayalu mengatakan ada pancaran yang berbeda dalam mode pesawat.
Dalam mode pesawat dengan WiFi dimatikan, fungsi yang menyebabkan pancaran yang disengaja dimatikan.
"Emisi yang tidak disengaja yang tersisa selama penggunaan lain seperti, katakanlah, bermain game, memiliki kekuatan yang sangat lemah sehingga peralatan pesawat lain di sekitarnya akan memiliki kekebalan yang cukup, baik berdasarkan desain maupun kebutuhan," dia menjelaskan.
Bahkan saat menggunakan ponsel dengan WiFi aktif, ia menyebut sinyal yang dipancarkan masih terlalu lemah untuk berdampak besar pada fungsi dan pengoperasian peralatan pesawat.
"Meskipun mungkin tidak perlu mematikan ponsel sepenuhnya, praktik yang baik untuk mendengarkan dan memerhatikan semua pengumuman dan instruksi dalam penerbangan yang diberikan oleh awak kabin," ucapnya.
(redaksi)