POJOKNEGERI.COM - Kerusuhan Wamena di Papua direspon oleh Aktivis HAM Theo Hesegem.
Ia mengatakan dari kerusuhan Wamena itu, dari korban tewas mengalami luka tembak di kepala dan daerah vital.
"Ini kan luka tembak korban meninggal rata-rata terkena luka tembak di kepala, leher. Saya pikir ini bisa ada dugaan pelanggaran HAM," ujar Theo kepada wartawan, Jumat (24/2/2023).
Ia menjelaskan senjata api tak bisa bisa digunakan sembarangan karena ada mekanisme atau standar operasional prosedur (SOP) yang harus dilakukan.
Theo pun mendorong protap aparat diselidiki.
"Senjata api tidak bisa digunakan sembarang itu ada aturan dan mekanisme dalam penggunaannya. Kan ada protap atau SOP saya tidak tahu apakah polisi sudah menggunakan protap atau tidak. Atau apakah mereka langsung menembak," katanya.
Di pihak kepolisian, Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri meminta jajarannya lebih tenang dalam penanganan kerusuhan maut ini. Dia juga mengaku memerintahkan Propam untuk mengusut penanganan aparat kepolisian di lokasi.
"Saya sudah berpesan kepada anggota untuk lebih lagi soft dan tenang dalam menghadapi masyarakat yang mungkin lagi marah. Dan juga tim dari Propam saya minta langsung Kabid Propam untuk langsung melakukan evaluasi secara menyeluruh pola penanganan yang saat itu di lapangan," ujar Irjen Mathius kepada wartawan, Jumat (24/2/2023).
"Supaya ini bisa menjadi bahan yang nanti akan saya evaluasi apakah memang akan menilai beberapa pejabat yang hadir dalam penanganan itu sehingga kami tidak mau lagi ke depan akan berdampak seperti itu (banyak korban jiwa)," katanya.
Mathius meminta jajarannya menyelesaikan persoalan di lapangan dengan cara membaca situasi secara tepat. Di satu sisi, Mathius tak menampik kondisi di lapangan tak mudah karena terus terjadi provokasi.
"Kita bisa mengijinkan para pejabat itu menyelesaikan permasalahan di lapangan tentunya dia harus bisa membaca situasi dengan tepat. Tetapi memang sebagaimana yang terjadi di lapangan sesuai yang dilaporkan Kapolres karena saat kejadian ada yang memprovokasi sehingga bisa terjadi seperti itu. Namun tentunya ini bagian yang harus saya evaluasi," katanya.
Diberitakan sebelumnya, kerusuhan pecah di Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan, dimana menyebabkan 10 orang meninggal dunia.
Kericuhan di Wamena itu dipicu adanya hoaks penculikan anak.
Lokasi detail kerusuhan Wamena itu terjadi di Kampung Sapalek, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, hari Kamis (23/2/2023).
Selain menyebabkan sejumlah ruko dan rumah terbakar, amuk massa pada Kamis lalu juga membuat suasana Kota Wamena mencekam.
Di tengah rusuh massa, sejumlah warga berhamburan menyelamatkan diri ke jalan raya.
Polisi yang dibantu personel Kodim Jayawijaya, memukul mundur massa perusuh.
Selain membarikade akses jalan, aparat juga melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan massa, agar kerusuhan tidak makin meluas.
Sedikitnya 10 orang meninggal dunia dan 18 personel keamanan terluka, akibat rusuh massa di Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan.
(redaksi)